By: Rahmawati Sahing

Senin, 30 April 2012

Jenguk Ayahnya Temen sampe Mengkritisi Pelayanan RS-nya

Tadi  sore aku dan temen-temen kampus menyempatkan diri untuk ke sebuah rumah sakit daerah di Makassar untuk menjenguk ayah dari seorang teman kami.  Nama teman kami itu Yeni. Ayahnya dirawat sejak dua hari yang lalu karena didiagnosa menderita penyakit asma yang cukup akut.
Jujur, aku merasa kasian dengan kondisi perawatan yang diperoleh oleh ayah teman kami itu, meskipun kata ibunya Yeni, keadaan ayahnya Yeni itu sudah agak mendingan dari hari pertama beliau dirawat. Ayahnya dibantu dengan cairan infus, setelah sebelumnya di hari pertama juga dibantu dengan bantuan oksigen. Beliau dirawat di sebuah bangsal dengan kapasitas jumlah pasien yang dirawat di dalamnya adalah enam orang. Sementara kondisi ruangan yang meskipun lumayan bersih tapi baunya gak karuan (mungkin campuran antara bau dari obat-obatan yang digunakan pasien-pasien di sana, bau badan, dan… euhhh.. gak sanggup deh nyebutinnya lagi). Yaa… menurut aku sih, gak tahan deh kalo aku tinggal lama-lama disitu.
Sementara itu, ada hal lain yang aku merasa gak sepantasnya diberikan kepada para pasien di bangsal itu sebagai bentuk pelayanan. Yaa… layanan konsumsi yang diberikan untuk para pasien di sana. Makanan yang diberikan untuk para pasien itu adalah bubur dengan beberapa lauk pauk yang ditempatkan dalam kemasan Styrofoam tanpa diberi alas plastik yang memang digunakan untuk mengemas makanan. Padahal kita tahu sendiri apa bahaya dari kemasan styroam yang sebenarnya tidak layak digunakan untuk mengemas makanan. Ini aku kasi tau sedikit tentang bahaya menggunakan kemasan styrofoam untuk mengemas makanan:
 Riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya. Sebab, dalam bahan pembungkus makanan tersebut ditemukan kandungan dioctyl phthalate (DOP) yang menyimpan zat benzen, suatu larutan kimia yang sulit dilumat oleh sistem percernaan. Benzen ini juga tidak bisa dikeluarkan melalui feses (kotoran) atau urine (air kencing). Akibatnya, zat ini semakin lama semakin menumpuk dan terbalut lemak. Inilah yang bisa memicu munculnya penyakit kanker.
Benzana bisa menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid, mengganggu sistem syaraf sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung, sulit tidur, badan menjadi gemetaran, dan menjadi mudah gelisah.
Pada beberapa kasus, benzana bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian. Saat benzana termakan, dia akan masuk ke sel-sel darah dan lama-kelamaan akan merusak sumsum tulang belakang. Akibatnya produksi sel darah merah berkurang dan timbullah penyakit anemia.
Efek lainnya, sistem imun akan berkurang sehingga kita mudah terinfeksi. Pada wanita, zat ini berakibat buruk terhadap siklus menstruasi dan mengancam kehamilan. Dan yang paling berbahaya, zat ini bisa menyebabkan kanker payudara dan kanker prostat.
Bila terkena suhu tinggi, pigmen styrofoam akan bermigrasi ke makanan. Bila makanan yang baru digoreng ditempatkan di kantong plastik, suhu minyak yang tinggi akan menghasilkan kolesterol atau lemak jenuh yang tinggi pula yang mudah larut dengan bahan dasar Styrofoam, styren.
Makin Panas Makin Cepat
Penelitian juga membuktikan, bahwa semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan. Padahal di restoran-restoran siap saji dan di tukang-tukang makanan di pinggir jalan, styrofoam digunakan untuk membungkus makanan yang baru masak. Malahan ada restoran cepat saji yang memanaskan lagi makanan yang telah terbungkus styrofoam di dalam microwave. Bayangkan, betapa banyaknya zat kimia yang pindah ke makanan kita dan akhirnya masuk ke dalam tubuh kita.
Makin Berlemak Makin Cepat
Saat makanan atau minuman ada dalam wadah styrofoam, bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke makanan. Perpindahannya akan semakin cepat jika kadar lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi. Selain itu, makanan yang mengandung alkohol atau asam (seperti lemon tea) juga dapat mempercepat laju perpindahan.
Buruk Bagi Lingkungan
Selain berefek negatif bagi kesehatan, styrofoam juga tak ramah lingkungan. Karena tidak bisa diuraikan oleh alam, styrofoam akan menumpuk begitu saja dan mencemari lingkungan. Styrofoam yang terbawa ke laut, akan dapat merusak ekosistem dan biota laut.
Nah, itu dia segelintir bahaya dari Styrofoam. Dengan bahaya yang mampu ditimbulkan, apakah styroam itu masih bisa dikatakan layak digunakan sebagai wadah kemasan makanan?! Apalagi, kemasan Styrofoam tersebut digunakan untuk pelayanan konsumsi pasien di sebuah rumah sakit milik pemerintah. Kasian sama pasien-pasiennya, bisa-bisa mereka malah tambah penyakit. Kalo aku punya saran buat pihak rumah sakit, sebaiknya mereka benar-benar memperhatikan pelayanan yang diberikan bagi para pasien, sebab selain sebagai tanggung jawab yang memang dibebankan tetapi juga sebagai bentuk pengabdian kepada sesama.
Tapi, selain dari itu semua, aku berharap semoga ayahnya Yeni bisa cepat sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasa, dan Yeni gak sedih terus. Hehe…^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar