Tadi
sore aku dan temen-temen kampus
menyempatkan diri untuk ke sebuah rumah sakit daerah di Makassar untuk
menjenguk ayah dari seorang teman kami. Nama
teman kami itu Yeni. Ayahnya dirawat sejak dua hari yang lalu karena didiagnosa
menderita penyakit asma yang cukup akut.
Jujur,
aku merasa kasian dengan kondisi perawatan yang diperoleh oleh ayah teman kami
itu, meskipun kata ibunya Yeni, keadaan ayahnya Yeni itu sudah agak mendingan
dari hari pertama beliau dirawat. Ayahnya dibantu dengan cairan infus, setelah
sebelumnya di hari pertama juga dibantu dengan bantuan oksigen. Beliau dirawat
di sebuah bangsal dengan kapasitas jumlah pasien yang dirawat di dalamnya adalah
enam orang. Sementara kondisi ruangan yang meskipun lumayan bersih tapi baunya
gak karuan (mungkin campuran antara bau dari obat-obatan yang digunakan
pasien-pasien di sana, bau badan, dan… euhhh.. gak sanggup deh nyebutinnya
lagi). Yaa… menurut aku sih, gak tahan deh kalo aku tinggal lama-lama disitu.
Sementara
itu, ada hal lain yang aku merasa gak sepantasnya diberikan kepada para pasien
di bangsal itu sebagai bentuk pelayanan. Yaa… layanan konsumsi yang diberikan
untuk para pasien di sana. Makanan yang diberikan untuk para pasien itu adalah
bubur dengan beberapa lauk pauk yang ditempatkan dalam kemasan Styrofoam tanpa
diberi alas plastik yang memang digunakan untuk mengemas makanan. Padahal kita
tahu sendiri apa bahaya dari kemasan styroam yang sebenarnya tidak layak
digunakan untuk mengemas makanan. Ini aku kasi tau sedikit tentang bahaya
menggunakan kemasan styrofoam untuk mengemas makanan:
Riset terkini membuktikan bahwa
styrofoam diragukan keamanannya. Sebab, dalam bahan pembungkus makanan tersebut
ditemukan kandungan dioctyl phthalate (DOP) yang menyimpan zat benzen, suatu
larutan kimia yang sulit dilumat oleh sistem percernaan. Benzen ini juga tidak
bisa dikeluarkan melalui feses (kotoran) atau urine (air kencing). Akibatnya,
zat ini semakin lama semakin menumpuk dan terbalut lemak. Inilah yang bisa
memicu munculnya penyakit kanker.
Benzana bisa
menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid, mengganggu sistem syaraf sehingga
menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung, sulit tidur, badan menjadi
gemetaran, dan menjadi mudah gelisah.
Pada beberapa
kasus, benzana bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian. Saat
benzana termakan, dia akan masuk ke sel-sel darah dan lama-kelamaan akan
merusak sumsum tulang belakang. Akibatnya produksi sel darah merah berkurang
dan timbullah penyakit anemia.
Efek lainnya,
sistem imun akan berkurang sehingga kita mudah terinfeksi. Pada wanita, zat ini
berakibat buruk terhadap siklus menstruasi dan mengancam kehamilan. Dan yang
paling berbahaya, zat ini bisa menyebabkan kanker payudara dan kanker prostat.
Bila terkena
suhu tinggi, pigmen styrofoam akan bermigrasi ke makanan. Bila makanan yang
baru digoreng ditempatkan di kantong plastik, suhu minyak yang tinggi akan
menghasilkan kolesterol atau lemak jenuh yang tinggi pula yang mudah larut
dengan bahan dasar Styrofoam, styren.
Makin
Panas Makin Cepat
Penelitian
juga membuktikan, bahwa semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi
bahan kimia styrofoam ke dalam makanan. Padahal di restoran-restoran siap saji
dan di tukang-tukang makanan di pinggir jalan, styrofoam digunakan untuk
membungkus makanan yang baru masak. Malahan ada restoran cepat saji yang
memanaskan lagi makanan yang telah terbungkus styrofoam di dalam microwave.
Bayangkan, betapa banyaknya zat kimia yang pindah ke makanan kita dan akhirnya
masuk ke dalam tubuh kita.
Makin Berlemak Makin Cepat
Saat makanan
atau minuman ada dalam wadah styrofoam, bahan kimia yang terkandung dalam
styrofoam akan berpindah ke makanan. Perpindahannya akan semakin cepat jika
kadar lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi. Selain itu, makanan
yang mengandung alkohol atau asam (seperti lemon tea) juga dapat mempercepat
laju perpindahan.
Buruk Bagi Lingkungan
Selain berefek
negatif bagi kesehatan, styrofoam juga tak ramah lingkungan. Karena tidak bisa
diuraikan oleh alam, styrofoam akan menumpuk begitu saja dan mencemari
lingkungan. Styrofoam yang terbawa ke laut, akan dapat merusak ekosistem dan
biota laut.
Nah, itu dia segelintir bahaya dari Styrofoam.
Dengan bahaya yang mampu ditimbulkan, apakah styroam itu masih bisa dikatakan
layak digunakan sebagai wadah kemasan makanan?! Apalagi, kemasan Styrofoam tersebut
digunakan untuk pelayanan konsumsi pasien di sebuah rumah sakit milik
pemerintah. Kasian sama pasien-pasiennya, bisa-bisa mereka malah tambah
penyakit. Kalo aku punya saran buat pihak rumah sakit, sebaiknya mereka
benar-benar memperhatikan pelayanan yang diberikan bagi para pasien, sebab
selain sebagai tanggung jawab yang memang dibebankan tetapi juga sebagai bentuk
pengabdian kepada sesama.
Tapi, selain dari itu semua, aku
berharap semoga ayahnya Yeni bisa cepat sembuh dan bisa beraktivitas seperti
biasa, dan Yeni gak sedih terus. Hehe…^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar