By: Rahmawati Sahing

Selasa, 13 Desember 2011

Contoh Skenario

Ini adalah contoh skenario yang aku buat unutk mata kuliah pengantar sinemaografi. Ide cerita dari skenario ini aku sadur dari sebuah cerpen dan filmnya. Judulnya juga bukan ini, tapi udah aku ganti......trus ceritanya juga udah aku ubah hanya dari cerita cerpennya aku adaptasi sebagian.



BAJU SERAGAM UNTUK DIANDRA

01. EXT. DEPAN RUMAH DIAN – PAGI

Sebuah rumah (lebih tepat gubuk) diantara gubuk-gubuk yang lain yang ada di perkampungan kumuh.

Tampak Kakek keluar dari rumah disusul oleh Dian dan Andra yang sudah rapi bersisiran tapi masih memakai baju sehari-harinya yang butut. Sepatu Evi juga butut. Andra belum sempat memakai sepatunya ketika Kakek menyuruhnya cepat-cepat pergi. Andra segera dinaikan ke dalam gerobak. Dian dan Andra membawa beberapa buku tulis tanpa tas yang alat-alat tulisnya dimasukkan ke kantong plastik kresek.

Mereka berteguran dengan beberapa pemulung lain yang baru keluar dari gubuknya
Bapak pergi menarik gerobak yang di dalamnya ada Akil duduk di antara kardus-kardus dan barang bekas. Langkah Bapak diikuti oleh Evi.


02. EXT. HALAMAN SD - PAGI

Bendera merah putih berkibar dengan gagah di atas tiang besi di halaman sebuah sekolah dasar (SD). Lagu nasional “Indonesia Raya” berkumandang dari semua siswa SD, guru dan pegawai sekolah yang berbaris rapi di halaman sekolah itu. Seorang siswa yang berdiri di sebuah kotak/trap dengan semangat menjadi dirigen.


03. EXT. JALANAN – PAGI

Kakek berjalan tergesa sambil menarik  gerobak yang di dalamnya ada Andra. Di samping kakek Dian mengikuti dengan langkah yang juga tergesa. Dian melihat ada kardus bekas tergeletak di jalan. Kakek menghentikan menarik gerobaknya saat Dian memungut dan memberikannya pada Andra. Andra melipat kardus itu dan menumpuknya dengan kardus lainnya dalam gerobak.
Mereka tampak menyeberang jalan di antara seliweran kendaraan.


04. EXT. DEPAN GERBANG SD - PAGI. H1

Upacara bendera di halaman baru saja usai. Hanya tersisa beberapa siswa yang mulai masuk ke ruang kelas digiring oleh gurunya masing-masing.

Di depan gerbang SD itu Kakek menghentikan gerobaknya. Andra turun dari gerobak.

Dian
Kek, Dian juga pengen sekolah!

Kakek hanya tersenyum.

Kakek
Iya, pasti kalian bisa sekolah.

Andra
Kenapa Kak Dian sama Andra harus sekolah sih, Kek?

Kakek tidak menjawab. Sesaat ia menatap Dian dan Andra, kemudian melihat bendera merah putih yang terus berkibar di ujung tiang di tengah halaman sekolah.

Kakek
(sambil menatap Bendera) Kalian liat bendera itu. Bendera itu berkibar karena ditarik naik ke atas kan?

Dian
Ya iyalah. Kalo di bawah kan keinjek-injek orang. Kadang dipake buat lap juga.

Kakek tersenyum, kembali menatap Dian dan Andra.

Kakek
Nah, itulah, kalian perlu sekolah. Supaya berada di atas dan berkibar dengan gagah seperti bendera itu.

Dian dan Andra tampak bingung dengan jawaban Kakeknya.


05. INT.      SD, RUANG KEPSEK – PAGI

Keesokan harinya, Kakek bersama Dian dan Andra pergi ke sekolah dengan niat  yang besar ingin menyekolahkan kedua cucunya itu.

Kepsek
Luar biasa. Cucu-cucu Bapak memang cerdas. Walaupun Cuma mendapatkan   pengajaran informal dan bimbingan Bapak setiap malam, tapi cucu-cucu Bapak bisa menjawab semua soal tes…. Karena itu saya tidak ragu untuk menempatkan Dian di kelas lima dan Andra di kelas tiga.
... Karena itu saya tidak ragu untuk menempatkan Evi di kelas lima, dan Akil di kelas tiga.

Bapak yang tengah berhadapan dengan Kepsek tampak gembira.

Kakek
Alhamdulillah, terima kasih, Pak.

Bu Reni muncul membawa pakaian seragam SD lalu menyerahkannya pada Dian dan Andra

Bu Reni
Ini pakaian seragam kalian.

Dian dan Andra tampak senang dengan pakaian seragam barunya.
Bu Reni mendekati Kepala Sekolah.

Bu Reni
Maaf, Pak. Saya mau ajak Evi dan Akil mencocokkan pakaian seragamnya dulu.

Kepsek
O ya, silakan.

Kakek
Maaf, sebentar, Bu. Ini uang seragamnya.

Dian dan Andra tersenyum haru melihat Kakek membayar seragam sekolah dengan uang recehan leceknya. Kepsek hanya tersenyum. Kemudian Bu Reni mengajak Dian dan Andra keluar ruangan.


06. INT/EXT. DEPAN RUANG KEPSEK – PAGI

Kakek keluar bersama Kepsek.

Kakek
Sekali lagi terima kasih, Pak. Bapak sudah mau nerima cucu saya sekolah di sini.

Kepsek
Dunia pendidikan tidak akan membeda-bedakan dia anak siapa, Pak. Mau anak pemulung, mau anak pejabat, akan kami layani sama. Mendapatkan pendidikan yang layak adalah hak setiap orang.

Kakek
Sekali lagi terima kasih. Maaf, saya pamit pulang, Pak.

KEPSEK
Oh, iy, silakan!

Kakek pergi.


07. INT/EXT. SD, SELASAR – PAGI

Kakek berjalan di selasar SD kemudian berpapasan dengan Dian dan Andra yang baru keluar dari sebuah ruangan. Kakek sesaat terpana melihat kedua cucunya yang sudah berseragam sekolah, walau sepatu mereka butut. Andra keliatan sangat bangga memakai baju seragam barunya itu.

Andra
Liat, Kek. Baju sama celananya masih baru. He he.. Pake ginian lagi (memegang dasinya)

Kakek
(tersenyum bangga) Kalo sudah pake seragam gitu, kalian harus rajin belajar. Kakek bangga kalo kalian nanti jadi anak yang mandiri, sukses dan.. berkibar gagah seperti bendera merah putih itu.

Dian dan Andra spontan melihat ke arah tiang bendera dan memberi hormat pada bendera. Kakek tersenyum. Kemudian Andra dan Dian memeluk Kakek.

Dian
Dian akan rajin belajar, Kek.

AKIL
Andra juga.

Kakek mencium kening kedua cucunya. Muncul Bu Reni.

Bu Reni
Maaf. Cucu-cucu Bapak harus masuk kelas. O ya, Andra masuk sekolahnya siang. Tapi untuk hari ini, kata Pak kepala Sekolah, gak apa-apa masuk kelas pagi dulu. Mulai besok masuk siang.

Kakek
Kamu dengar Andra?

Andra
Iya, Kek. Besok masuk siang.

Kakek
Terima kasih ya, Bu.

Bu Reni
Sama-sama. Ayo, kalian saya antar masuk kelas.

Bu Reni menggiring Dian dan Andra masuk ke ruang kelas. Andra berjalan dengan gagah, Dian berjalan dengan bangga. Andra sempat nengok ke kakek dan tersenyum bangga.

Kakek terharu dan tanpa sadar di kedua kelopak matanya mengembang air, berkaca-kaca.


08. EXT. JALANAN – SIANG

Kakek kembali mendorong gerobak barang bekasnya. Kali ini wajahnya cerah ceria. Sesekali ketika melihat selembar koran (atau barang plastik bekas atau kardus) tergeletak di jalan Bapak memungut dan memasukkannya ke gerobak. Lalu kembali mendorong gerobaknya dengan penuh semangat. 


09. INT. SD, RUANG KELAS III – SIANG

Andra mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia dengan penuh perhatian. Sesekali Andra menebar senyum pada teman sebangku atau pada yang lainnya.


10. INT. SD, RUANG KELAS V – SIANG

Guru menerangkan pelajaran Matematika. Dian menyimak dengan serius.


11. EXT. JALANAN – SIANG

Kakek tengah beristirahat di tepi jalan di bawah pohon. Ia mengipas-ngipas tubuhnya dengan selembar kertas karton. Matanya melihat ke seberang jalan.


12. EXT. JALANAN – SIANG

“Tiiinn..!!” Kakek terkejut oleh suara klakson sepeda motor yang dikendarai oleh sepasang siswa/siswi berseragam sekolah melaju dengan ugal-ugalan sambil tertawa-tawa becanda di atas motor. Kakek hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sepasang anak sekolah itu.

Kakek kemudian melanjutkan perjalanannya dengan mendorong gerobaknya.

Tak lama kemudian dari arah depan Kakek tampak seorang siswa SMA dengan sepeda motornya, tanpa memakai helm, melaju dengan kecepatan tinggi.

Dari arah belakang Kakek sebuah mobil truk juga melaju di satu jalan dua arah itu.

Sepeda motor siswa nyaris bertabrakan dengan truk. Supir truk kaget dan panik yang mengakibatkan truknya melaju oleng. Sopir tampak panik dan tidak bisa mengendalikan laju truknya. Remnya blong. Ia membanting stir ke arah kiri mengarah ke Kakek yang sedang mendorong gerobaknya.
 
Kakek sempat menoleh ke belakang.

Kakek
Aaa..!!

Bapak kaget dan tidak sempat menghindar: “BRAAK!!” Tubuh Kakek terpental dihantam moncong mobil truk. Gerobaknya hancur berantakan. Kakek terkapar di tepi jalan. Sesaat tubuhnya mengejang lalu lunglai dengan bagian kepala berdarah karena terbentur aspal trotoar.

Supir truk turun, panik dan tegang melihat tubuh Kakek yang terkapar. Beberapa orang berdatangan. Mereka hanya menyaksikan tubuh Kakek yang terkapar tak berkutik.


13. EXT. JALANAN KAMPUNG – SIANG

Dian dan Andra berjalan sambil becanda.

Dian
Mulai besok kamu gak bareng kakak lagi.

Andra
Biarin. Masuk sekolah siang enak. Pagi-pagi bisa bantuin Kakek dulu, wee..

Dian
Aku juga pulang sekolah bisa bantu bapak. Emang kamu aja anak Bapak, weee..

Keduanya becanda. Andra mau mendorong Dian.

Dian
Ee.. baju seragam kakak jangan kotor. Besok kan dipake lagi.

Andra
Sama, Andra juga. Abisnya Kakek belinya cuma satu satu.

Dian
Heh, kamu harus bersyukur. Temen-temen kita yang lain malah banyak yang belum bisa sekolah.

Andra mengangguk paham kemudian matanya melihat tong sampah yang ada kardus-kardus bekasnya.

Andra
Kak, liat..

Dian dan Andra kemudian mendekati tong sampah itu dan mengambil kardus-kardus. Sebagian dimasukkan ke tas Dian sebagian lainnya dimasukan ke tas Andra. Saat itulah Andra menunjukkan buku gambar dan pensil warnanya.

Andra
O ya, Kak. Liat. Andra dapet nilai gambar delapan tadi.

Dian melihat gambar Andra: “seorang anak tengah ikut membantu bantu bapaknya mendorong gerobak” dengan nilai 8.

Dian
Bagus. Eh, kamu dapet pinsil warna dari mana?

Andra
Tadinya dipinjemin Bu Guru. Tapi karena Andra dapet nilai bagus, eh, dikasih deh buat Andra. He he.. Andra mau kasih liat Kakek, ah.

Dian
Udah yuk, cepet pulang. 

Keduanya balapan lari.


14. EXT. DEPAN RUMAH DIAN – SIANG

Di depan rumah Dian orang-orang banyak berkerumun. Bendera kuning dari kertas wajik dipasang di situ.

Dian dan Andra yang masih berlari tiba-tiba heran saat melihat kerumunan orang-orang depan gubuknya. Suara orang mengaji Yasin dari dalam rumah terdengar. Sesaat Dian dan Andra saling tatap, bingung.

Lalu seseorang melihat Dian dan Andra.

SESEORANG
Bapak kamu tuh!

Segera Dian dan Andra bergegas masuk ke dalam dengan menyibak kerumunan orang-orang.


15. INT. RUMAH DIAN – SIANG. H1

Tubuh Kakek sudah terbungkus hanya bagian wajahnya yang ditutup pakai kain putih transparan. Dua orang tetangga tengah mengaji surat yasin. Bi Tati terisak di dekat jenazah.

Muncul Dian dan Andra. Sesaat keduanya bengong melihat jenazah Kakek.

Dian & Andra
Kakeeek..!! Kakeeek..!!

Dian dan Andra histeris memeluk jenazah Kakeknya.


16. INT. RUMAH DIAN – MALAM

Andra masih menangis. Dian juga masih sedih. Keduanya masih teringat dengan Kakeknya.

Dian
Andra, udah ya jangan nangis terus. Inget pesen Kakek, kita gak boleh cengeng. Kita harus jadi anak mandiri.

Andra memeluk Dian dan masih tetap menangis.

Muncul Bi Tati dari luar.

Bi Tati
Heh, udah kalian jangan nangis terus. Nangis juga nggak bakal bikin Kakek kalian hidup lagi.

Andra meredakan tangisannya.

Bi Tati
Mana pakean-pakean kalian yang mau dibawa?

Dian menunjuk sebuah tas besar butut yang sudah terisi penuh. Bi Tati mengambil tas itu lalu melihat sebuah bungkusan rapi dari kertas koran.

Bi Tati
Ini bungkusan apaan?

Dian
Itu seragam sekolah saya sama Andra. Biar saya aja yang bawa.

Bi Tati
Ya udah bawa. Mulai sekarang kalian bedua jadi tanggung jawab Bibi.


17. EXT. AREAL RUMAH KUMUH – MALAM

Otong anak Bi Tati, teriak-teriak memanggil emaknya.

Otong
Emak!! Cepetan!! Emaaak..!!

Bi Tati yang membawa tas keluar dari dalam rumah bersama Andra dan Dian yang bawa bungkusan koran.

Bi Tati
Apaan sih, tereak-tereak mulu.

Otong
Udah malem. Cepet pulang!

Bi Tati
Iya, iya! Bentar!

Otong
Cepetaaan!

Bi Tati
Iya! Bentar! Berisik banget, sih!

Bi Tati mengajak Dian dan Andra. Otong melihat Dian dan Andra dengan tatapan sebal.


18. INT. RUMAH BI TATI, KAMAR BELAKANG – MALAM
Bi Tati membereskan pakaian Otong. Dian dan Andra duduk di ranjang.

Bi Tati
Rumah kontrakan Bibi jelek. Tapi masih mendingan daripada tinggal di gubuk Kakek kalian, yang sewaktu-waktu bisa digusur.

Dian
Iya, Bi. Makasih.

Andra
Tapi ini kan kamarnya Otong, Bi.

Bi Tati
Iya. Tapi gak pernah dipake. Jadi biar kalian aja yang nempatin.

Muncul Otong langsung marah.

Otong
Emak! Kamar Otong kok dipake!

Bi Tati
Iya. Mulai malem ini kamar kamu ditempatin sama Dian dan Andra.

Otong
Aaa.. gak mau!

Bi Tati
Ee.. ni anak! Susah diatur banget, sih!

Bi Tati menggiring keluar Otong yang masih ngambek.


19. INT. RUMAH BI TATI, KAMAR BELAKANG – MALAM

Setelah menggantung baju seragam sekolah di lemari, Dian yang sudah ngantuk mulai tiduran. Sementara itu Andra masih duduk termenung.

Dian
Ayo tidur, udah malem.

Andra
Andra belum ngantuk. Kak, Akil gak enak tidur di sini.

Dian
Kenapa?

Andra
Kayaknya Otong gak mau kamarnya dipake sama kita.

Dian
Iya, tapi mau gimana lagi? Bi Tati pasti marah kalo kita tetep tinggal di gubuk Kakek.

Andra
Emang kita mau tinggal di sini terus?

Dian
Kakak juga gak tau. Makanya tinggal di sini kita mesti prihatin. Kalo bisa jangan ngerepotin Bi Tati. Kalo mau apa-apa kita usaha sendiri, lakuin sendiri.

Andra
Kalo mau makan, gimana?

Dian
Ya kalo bisa kita beli aja.

Andra
Duitnya dari mana?

Sesaat Dian diam, lalu..

Dian
Nanti pulang sekolah kita mulung aja.

Andra
Andra juga sebelum masuk sekolah mau mulung juga, ah.

Dian
Ya, boleh.

Keduanya tersenyum.


20. EXT. DEPAN RUMAH BI TATI – PAGI

Bi Tati lagi menyiapkan dagangan gado-gadonya ketika Dian keluar sudah berpakaian sekolah dan membawa buku pelajaran.

Bi Tati
Nah, gitu. Pagi-pagi udah bangun. Eh, kamu mau ke sekolah?
Dian
Iya, Bi.

Bi Tati
Si Andra nggak?

Dian
Andra masuk siang, Bi. Permisi, Bi. Udah siang, takut telat.

Bi Tati
Ya, udah. Hati-hati di jalan, ya!


21. INT. SD, RUANG KELAS – PAGI

Bu Reni selesai menilai buku pelajaran siswa. Seorang siswa lelaki yang duduk di depan dipanggil.

Bu Reni
Ini bagikan.

Siswa lelaki itu membagi semua buku pelajaran ke pemiliknya masing-masing.

Bu Reni
Nilai PR kalian kali ini ada peningkatan. Dan nilai tertinggi ternyata diraih oleh siswa baru kita, Dian anggraeni.

Semuanya tepuk tangan. Dian sumringah


22. EXT. DEPAN RUMAH BI TATI – SIANG

Andra keluar dari rumah sudah mandi.

Bi Tati
Nah, cakep. Udah mandi? Mau kemana?

Andra
Mau mulung, Bi.

Bi Tati
Nggak makan dulu?

Andra diam. Teringat ucapan Dian.
FLASHES SCENE. 19 Saat Dian mengucapkan : Kalo bisa jangan ngerepotin Bi Tati. Kalo mau apa-apa kita usaha sendiri, lakuin sendiri.

Bi Tati
Heh! Bengong. Udah situ makan!

Andra
Nanti Andra beli sendiri, Bi.

Bi Tati
Udah, kamu makan aja gih, dulu!

Bi Tati masuk ke dalam, Andra  akhirnya mau juga makan gado-gado.

Muncul Otong yang baru bangun tidur. Melihat Andra lagi makan gado-gado, Otong marah dan merampas piring gado-gadonya.

Otong
Eh, enak aja lu makan gado-gado emak gua! Bayar kagak lu?

Andra
Dikasih Bibi.

Otong
Bohong! Lu pasti ngambil sendiri!

Otong lalu memakan gado-gadonya dengan lahap. Sesaat Andra melihat Otong makan. Ia menelan ludah.


23. INT. RUMAH BI TATI, KAMAR BELAKANG – SIANG

Otong yang mau mandi ke belakang, tertarik untuk masuk ke kamar Andra.

Di kamar, Otong melihat barang-barang Dian dan Andra termasuk buku-buku pelajaran yang ada di meja. Lalu membuka lemari. Ia melihat-lihat pakaian Dian dan Andra. Otong tertarik pada baju seragam yang digantung di lemari itu.

Otong mengambil baju itu dan mencoba mencocokkannya di badannya. Pas, walau agak kecil dikit.

Otong
Wah, keren juga gua pake baju gini..

Otong celingukan sepeti punya niat buruk.


24. EXT. JALANAN KAMPUNG – SIANG

Andra mengorak-orek bak sampah yang ada di depan rumah-rumah penduduk.

Seorang ibu keluar dari rumahnya dan membuang beberapa botol plastik bekas ke saluran air (got) depan rumahnya. Andra melihat lalu turun ke got dan mengambilnya kemudian memasukkannya ke dalam karung yang sudah terisi setengah.

Tak lama kemudian muncul Otong yang main perang-perangan dengan teman sebayanya. Andra heran melihat Otong memakai baju seragam SD tapi lengannya buntung dan sudah kotor karena terkena lemparan tanah. Otong berhenti main lempar-lemparan ketika melihat Andra ada di situ.

Otong
Lagi ngapain lu?

Andra
Nyari barang bekas.

Otong
Coba gua liat.

Otong dengan kasar mengambil karung Andra, akibatnya semua isi karung tumpah berantakan.

Otong
Ngapain lu ngumpulin kayak ginian. Dijual juga murah. Nyape-nyepein, tau! (pada teman-temannya) Ayo, kemon. Kita perang lagi.

Sambil pergi, Otong dan teman-teman sebayanya menendang beberapa botol yang berhamburan di aspal.

Andra masih heran melihat baju seragam SD yang dipakai Otong. Tapi lalu sadar melihat botol-botol plastiknya berantakan di jalan. Andra memunguti kembali botol-botol itu dan memasukkannya ke dalam karung.

25. EXT. TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH – SIANG

Andra sedang mengorek-ngorek sampah dengan gancu (batangan besi yang ujungnya bengkok lancip). Ia mencari botol plastik, kardus, kertas atau buku/majalah bekas. Barang-barang bekas itu dimasukkannya ke dalam karung.

Muncul Pemulung Kasar.

Pemulung kasar
Hei! Jangan nyari barang di sini! Ini daerah gua!

Andra
Dulu juga Kakek sama saya sama Kak Dian sering nyari di sini.

Pemulung kasar
Kagak ada urusan! Ini sekarang kekuasaan gua! Sini karung lu!

Pemulung kasar merampas karung Andra lalu menumpahkan semua isinya ke keranjangnya.

Andra
Jangan, Bang. Itu buat makan saya.

Pemulung kasar
Bodo! Itu urusan lu! Tuh, bawa karung lu! Pulang sono!

Sambil menangis Andra pergi membawa karung kosongnya.


26. EXT. DEPAN RUMAH BI TATI – SIANG

Ada seseorang sedang makan gado-gado di warung Bi Tati. Tiba-tiba muncul Andra yang membawa karung kosong. Andra melihat seseorang itu makan. Andra menelan ludah.

Bi Tati
Heh Andra, katanya kamu mulung. Mana hasilnya?

Andra
Ng.. udah dibeliin makanan, Bi.

Bi Tati
Kok jam segini udah pulang?

Andra
Andra mau sekolah, Bi

Bi Tati
Oo…. Ya, udah. Buruan, gih!

Andra masuk ke rumah.

27. INT. RUMAH BI TATI, KAMAR BELAKANG – SIANG

Andra kaget saat masuk kamar melihat ada potongan lengan baju di lantai. Andra mengambil potongan lengan baju putih itu, sesaat diperhatikan, lalu secepatnya membuka lemari pakaiannya. Baju seragamnya tidak ada di gantungan, yang ada hanya celana merahnya saja. Andra masih mencarinya di lemari itu, gak ada. Matanya menyisir ruangan itu, juga tidak ada. Ia kemudian teringat pada Otong yang pake baju seragam SD berlengan buntung (FLASHES: SCENE 24).

Andra sedih. Ia hanya bisa duduk lemas lalu menangis.


28. EXT. JALANAN – SIANG

Pulang sekolah Dian melihat di bak sampah rumah penduduk ada kardus dan buku telepon rusak. Dian mengambilnya.

Dian
Lumayan..

Dian membawa pergi kardus dan buku telepon rusak itu.


29. INT. RUMAH BI TATI, KAMAR BELAKANG – SIANG

Dian kaget melihat Andra menangis.

Dian
Kenapa kamu nangis?

Andra
Kak.., baju seragam Andra gak ada.

Dian
Gak ada gimana, kan di gantung di lemari.

Dian membuka lemari.

Dian
Kok bisa ilang?

Dian melihat Andra masih memegangi potongan lengan baju.

Dian
Itu apaan?

Andra
Potongan lengan baju. Kayaknya Otong yang ngambil baju Andra, Kak. Terus digunting tangannya.

Dian
Ya Tuhan, bandelnya anak itu.

Andra
Terus gimana, Kak. Andra kan mau tetep sekolah.

Dian bingung. Sesaat kemudian memperhatikan baju seragamnya sendiri yang masih dikenakannya.

Dian
Ini pake punya kakak.

Dian membuka bajunya.


30. EXT. JALANAN/ DEPAN RUMAH BI TATI – SIANG

Otong kembali ke rumah melihat emaknya yang lagi sibuk membenahi dagangannya. Otong berpikir sambil melihat-lihat baju seragam lengan buntungnya yang kotor dan basah.

Otong
Buang aja, ah. Udah kotor.

Ia kemudian membuka bajunya lalu membuangnya di tempat sampah.

Otong melenggang mau masuk ke rumah.


31. INT. RUMAH BI TATI, KAMAR BELAKANG – SIANG
Andra sudah memakai baju seragam Dian dan memasukkan buku pelajarannya ke dalam tas.

Andra
Kak, Andra lapar. Tadi hasil pulungan Andra dirampas orang.

Dian
Nanti kakak mulung dan beli makanan. Udah cepet, nanti telat.


32. EXT. HALAMAN SEKOLAH – SIANG

Andra berlari masuk ke areal sekolah. Ia merandek karena telat. Sesaat ia bingung dan cemas. Tapi kemudian dia terus lari menuju ke kelas.


33. INT. RUANG KELAS III – SIANG

Bu Reni sedang menjelaskan pelajaran Pendidikan Moral.

Bu Reni
Sebagai murid, kalian harus rajin...

Para Siswa
Belajaaar..

Bu Reni
Dan sebagai anak, kalian harus mau ...

Para Siswa
Membantu orang tuaaa...

BuReni
Bagus. Dan dalam pergaulan sehari-hari, kalian harus punya sikap sopan santun dan tata krama..

Pintu kelas terbuka, Andra masuk tanpa mengetuk pintu. Bu Reni langsung memasang wajah marah.

Andra
Maaf, Bu. Saya telat.

Bu Reni
Ibu sudah tau. Tapi cara kamu masuk ke kelas, tidak sopan. Kamu mestinya ketuk pintu dulu.

Andra tertunduk merasa bersalah.

Bu Reni
Baik, nanti kamu jelaskan kenapa kamu telat. Sekarang kamu berdiri saja dulu di situ. Ayo, cepet!

Andra berdiri di pojok ruang depan kelas. Andra tertunduk sambil sesekali memegangi perutnya yang keroncongan.


34. EXT. AREAL JALANAN KAMPUNG – SIANG

Dian berlari-lari membawa kardus dan buku telepon rusak. Evi menawarkan pada pedagang sayur.

Dian
Pak, mau beli kertas buat bungkus gak?

Pedagang Sayuran
Enggak, Neng. Masih banyak.


Dian kembali lari. Lalu melihat tukang bakso dorong.

Dian
Mas, mau beli ini?

Tukang bakso geleng kepala dan terus mendorong gerobaknya. Dian menghela nafas. Lalu kembali lari.


35. EXT. JALANAN – SIANG

Dian menghentikan larinya. Ia menghela nafas, kecapean. Ia merasakan perutnya lapar. Ia duduk di tepi jalan. Tak lama kemudian tukang gorengan muncul dan berhenti tak jauh dari Evi. Mata Evi berbinar, lalu mendekati tukang gorengan itu.

Dian
Bang, mau beli kertas ini gak?

Tukang Gorengan
Wah, boleh, Neng. Kebeneran bungkus kertas abang abis.

Dian menyerahkan buku telepon rusaknya. Tukang gorengan memberi tiga buah pisang goreng.

Dian
Makasih ya, Bang.

Dian pergi berlari dengan semangat.


36. INT. KANTIN SD – SIANG

Andra cuma berdiri depan Kantin. Ia melihat beberapa teman-temannya makan beragam panganan. Andra hanya bisa menelan ludah. Andra merasakan perutnya keroncongan.

penjaga kantin
De, kalo enggak jajan jangan berdiri di situ. Sana sana.

Andra pergi dengan langkah gontai.


37. INT/EXT. POJOK SELASAR SD – SIANG

Andra duduk sendirian. Matanya selalu melihat teman-temanya yang makan di kejauhan. Andra mulai meringis-ringis menahan lapar.

Tak lama kemudian muncul Dian

Dian
Andra!

Andra
Kak.. Ngapain kemari?

Dian
Kakak bawa makanan. Nih..

Dian memberikan kantong plastik kresek yang berisi tiga pisang goreng.

Andra
Asiiik.., makasih ya, Kak.

Andra langsung makan pisang goreng itu dengan lahap. Dian terharu melihat adiknya makan.

38. EXT. DEPAN RUMAH BI TATI – SORE

Bi Tati membenahi dagangannya dengan wajah manyun. Muncul tante Nanik, pemilik rumah kontrakan. Bi Tati kaget kedatangan Tante Nanik.

Tante nanik
Heh, Tati. Mana bayaran kontrakan kamu!

Bi Tati
(bingung) Ng.. ng..

Tante Nanik
Ayo, bayar cepet!

BI TATI
I-iya, tante Nanik. Saya belon punya duit. Saya.. saya minta waktu lagi deh.

Tate Nanik
Aakh.., bosen tau, minta waktu melulu!

Bi Tati
Bener, Tante Nanik. Dagangan saya gak laku.

Tante Nanik
Saya gak mau tau, pokoknya minggu depan kamu harus bayar tiga bulan kontrakan rumah ini. Kalo enggak, kamu harus keluar dari rumah ini. Saya udah cukup toleran ya, sama kamu!

Tante Nanik pergi. Bi Tati duduk lemas, bingung dan sedih.

Evi yang melihat dari kejauhan juga ikut sedih. 


39. INT. RUMAH BI TATI, RUANG BELAKANG – SORE

Dian sedang mencuci baju seragamnya. Andra muncul.

Andra
Andra bantuin, Kak.

Dian
Gak usah.

Andra duduk melihat Dian mencuci.

Dian
Mulai besok bajunya jangan terlalu kotor, biar gak susah nyucinya.

Andra
Iya, kak.

Dian
O iya, kita gantian pake bajunya di kolong jembatan aja. Tempat biasa Kakek sama kita neduh kalo ujan.

Andra
Iya, kak. Tapi kakak jangan telat. Nanti Andra telat juga masuk sekolahnya. Andra gak mau disetrap lagi.

Dian
Iya, bubar sekolah, kakak langsung pulang.


40. INT. RUMAH BI TATI, KAMAR BELAKANG – MALAM

Andra sudah tidur lelap. Dian juga tidur tapi terlihat gelisah.

Di luar rumah sepertinya hujan deras. Gemuruhnya terdengar di kamar ini dengan sesekali kilatan cahaya halintar masuk melalui kisi-kisi lubang angin disusul gelegar geledek.

Dian terperanjat bangun. Mengatur nafas, lalu..

Dian
Ya Tuhan, baju seragam..

Dian buru-buru keluar kamar.


41. EXT. AREAL BELAKANG RUMAH BI TATI – MALAM

Dian hujan-hujanan mengambil baju seragamnya yang sudah kuyup. Lalu secepatnya kembali masuk.


42. INT. RUMAH BI TATI, DAPUR – MALAM

Dian menatap baju seragamnya yang basah kuyup. Dian sedih dan bingung. Ia berpikir. Dian kemudian melihat kompor. Dian menyalakan kompor dan memasak air dipanci yang ditutup.


43. INT. RUMAH BI TATI, KAMAR BELAKANG – MALAM

Andra terbangun oleh suara geledek dan halilintar yang suara dan cahayanya masuk ke kamar itu. Andra heran melihat tempat tidur Dian kosong.


44. INT. RUMAH BI TATI, DAPUR – MALAM

Dian menunggu air mendidih. Muncul Andra langsung duduk di lantai dengan gaya masih ngantuk berat. Dian menatapi kompor.

Andra
Lagi ngapain sih, kak?

Dian
(kaget) Aduh, bikin kaget kakak aja. Kakak lagi masak air, buat ngeringin baju seragam. Udah sono kamu tidur aja.

Andra
Gak mau, nunggu kakak.

Dian melihat air udah mendidih lalu meletakkan baju seragamnya di atas panci.

Lalu sambil terkantuk-kantuk keduanya menunggui baju seragamnya.

Beberapa saat kemudian, Dian sedikit mengecilkan apinya karena dirasa api kompornya terlalu besar. Ia kemudian meletakkan lagi baju seragamnya di atas panci. Keduanya kembali nunggu. Andra keliatan banget ngantuk berat.

Tampaknya hujan di luar diiringi kilat dan petir belum juga reda. Kilatan cahayanya menembus kisi-kisi lubang angin.    

Beberapa saat kemudian Dian yang kembali ikut ngantuk kaget terbangun. Melihat lagi bajunya kemudian memegang dan mengambil baju yang tampak sudah mengering. Dian tersenyum senang. Lalu membangunkan Andra yang sudah tertidur sambil jongkok.

Dian
Andra, Andra, ayo pindah tidurnya.

Andra
Ng.. bajunya udah kering?

Dian
Udah.

Keduanya masuk kembali ke kamarnya.


45. EXT. PANORAMA PAGI DI LINGKUNGAN KUMUH, PAGI

Cahaya mentari mulai menghangatkan suasana pagi di lingkungan kumuh dengan segala kesibukan manusia-manusianya.


46. INT. RUMAH BI TATI, KAMAR BELAKANG, PAGI

Andra bangun dan melihat Evi sedang bersiap-siap ke sekolah.

Dian
Udah bangun?

Andra terlihat masih terkantuk-kantuk. Dian keluar.

Tak lama kemudian Dian kembali masuk dan tergesa memberesi buku-buku pelajarannya lalu memasukkannya pada kantong plastik.

Dian
Udah jam setengah tujuh.

Andra
Ya, udah. Kakak buruan, gih  sono berangkat.

Dian  tersenyum senang lalu segera berangkat.

Dian
Eh, nanti siang tungguin kakak di kolong jembatan ya.

Andra
Iya, Kak.

Dian secepatnya bergegas keluar.


47. EXT. JALANAN – PAGI

Dian berlari menuju sekolah. Tapi saat menemui genangan air, Dian hati-hati sekali dan sesekali menengok takut ada kendaraan lewat dan mencipratkan air jalanan. Dian bahkan melindungi baju seragamnya dengan tas kantong plastiknya.


48. INT/EXT. SELASAR SD – PAGI

Dian dan beberapa siswa sedang membaca sebuah poster pengumuman di papan mading sekolah. Di poster itu tertulis LOMBA MENGARANG UNTUK SISWA SD. Ada kriteria lomba dan hadiahnya berupa uang tunai.


49. EXT. AREAL TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH – SIANG

Karung Andra sudah lumayan penuh dengan barang bekas. Ia masih ngorak-ngorek sampah. Memasukkan yang bisa dijual. Akil juga nemu buku legenda daerah yang udah kumal dan kotor. Andra membersihkan buku itu.

Andra
Buat Kak Dian. Pasti seneng.

Tak lama kemudian Andra melihat Pemulung Kasar menuju ke situ. Andra memegang erat karungnya karena takut dirampas.

Andra
Waduh..

Pemulung Kasar
Heii..!
  
Andra buru-buru lari sambil membawa karung. Pemulung kasar mengejar. Sesaat terjadi kejar-kejaran di areal itu. Hingga Andra berhasil bersembunyi di antara gerobak atau truk sampah yang ada di situ. Andra jongkok. Pemulung Kasar kehilangan Andra.

Pemulung Kasar
Kurang ajar anak!

Pemulung kasar celingak-celinguk sekitar situ. Muncul Otong dari arah belakang Andra yang jongok sedang bersembunyi. Otong melihat Andra.

Otong
Lagi ngapain lu?

Andra
Ngumpet. Ada pemulung jahat.

Otong
Oo.. (teriak) Hoi, Bang. Nyari Andra ya?! Nih! Ngumpet di sini.

Pemulung Kasar yang masih celingukan di situ secepatnya mendekat, marah menatap Andra yang jongkok ketakutan, lalu menampar Andra: Plak!. Andra meringis dan menangis. Pemulung Kasar merampas karung Andra dan memasukkan isinya ke keranjangnya. Otong cengengesan.

Otong
He he.. rasain lu.

Otong lalu menyepak Andra. Andra rebah dan terus menangis.


50. EXT. DEPAN RUMAH BI TATI – SIANG. H3

Bi Tati masih uring-uringan.

Bi Tati
Aduh, harus cari duit gimana nih? Pusing!

Muncul Andra yang masih menyisakan isak tangisnya dan mau meletakkan karung kosongnya.

Bi Tati
Eh, jangan taruh karung kamu di situ! Kotor!

Andra bingung melihat Bi Tati marah.

Bi Tati
Mana duit hasil pulungan kamu?!

Andra
(menggeleng kepala)

Bi Tati
Kok nggak ada?! Trus ngapain aja kamu keluar rumah?! Eh, saya lagi pusing nyari duit buat bayar kontrakan rumah. Kamu jangan pelit kalo punya! Mana?!

Andra
Gak ada, Bi.

Bi Tati
Huh, nyesel saya bawa kalian bedua! Gak bisa bantu apa-apa! Saya malah jadi tambah pusiiiing..!!

Andra sedih.


51. INT. RUMAH BI TATI, KAMAR BELAKANG – SIAN

Andra yang sudah mandi segera memakai celana merahnya. Lalu pakai kaos dan membereskan buku-buku pelajaran yang dimasukkan ke dalam kantong plastik. Segera Andra lari keluar.


52. EXT/INT. SELASAR / HALAMAAN SD – SIANG

Bel sekolah berdering. Semua siswa berhamburan keluar kelas. Dian yang buru-buru keluar dari ruang kelas sempat merandek melihat cuaca mulai gerimis.

Dian
Andra pasti udah nunggu.


53. EXT. JALANAN, DEKAT JEMBATAN = SIANG. H3

Andra lari diantara gerimis.


54. EXT. JALANAN – PAGI

Dian berlari. Tapi saat menemui jalanan berkubang, ia hati-hati dan memelankan langkahnya. Dian harus meloncati beberapa genangan air. Dian berusaha menjaga bajunya.

Tiba-tiba sebuah mobil mewah melintas di situ.

Tepat ketika Dian berada di genangan air yang relatif banyak, mobil itu melaju di samping Dian dan melindas genangan air: “Byur!”. Tubuh Dian terciprat air genangan. Dian kaget.

Dian mengibas-ngibas air yang mengotori sebagian pakaian seragam sekolahnya. Sesaat Dian sedih dan bingung tapi kemudian melanjutkan perjalanannya. Dian lalu  berlari.


55. EXT. AREAL KOLONG JEMBATAN – SIANG
Andra masuk ke bawah kolong jembatan dan menunggu. Andra cemas karena Dian belum juga datang. Hujan masih gerimis.
Dian sampai di dekat kolong jembatan. Ia celingukan.

Dian
Andraa! Andraa...!

Andra
Andra di sini, Kak.

Dian lega melihat Andra. Secepatnya Dian membuka baju seragamnya.

Andra
Kok bajunya kotor, Kak?

Dian
Kecipratan mobil. Udah enggak apa-apa. Cepet pake.

Andra secepatnya memakai baju seragam itu.

Dian
Udah sono cepet pergi. Entar keburu hujan gede.

Andra mencium tangan Dian dan secepatnya pergi. Dari bawah kolong jembatan Dian melihat haru kepergian adiknya sekolah.


56. INT. SD, RUANG KELAS – SIANG

Guru tengah menerangkan arti kebersihan.

Guru
Kebersihan itu adalah sebagian daripada iman. Karena itu, sebagai orang yang beriman, kita wajib menjaga keber..

Siswa
sihaaaaan..

Pintu diketuk dari luar.

Guru
Masuk.

Pintu terbuka. Andra masuk dengan seragam kotornya.

Guru
Huh, Andra! Sudah terlambat, baju kamu kotor lagi! Kamu bener-bener mau sekolah enggak sih!

Andra
Mau, Bu.

Guru
Kalo mau sekolah yang bener. Sana bersihkan dulu seragammu. Jangan masuk kelas kalo masih kotor! Paham?!

Andra mengangguk, sedih, lalu kembali keluar.


57. INT. TOILET SEKOLAH – SIANG

Sambil menangis Andra membersihkan baju seragamnya.


58. INT. RUMAH BI TATI, KAMAR BELAKANG – MALAM

Dian sedang menulis-nulis di meja. Sesekali ia membaca karangannya itu. Tak lama kemudian Andra masuk.

Andra
Kak, Bi Tati keliatan marah-marah terus.

Dian tidak menjawab hanya menghela nafas.

Andra
Andra mau nolong tapi bingung gimana.

Dian
Iya, kakak juga bingung. Uang hasil mulung kakak cuma cukup buat makan kita sehari.

Mereka kemudian mendengar suara Bi Tati yang ngomelin Otong.


59. INT. RUMAH BI TATI, RUANG TENGAH – MALAM

Otong nangis diomelin Bi Tati.

Bi Tati
Huh, kamu tuh bisanya Cuma makan, main, tidur, nggak mau bantu-bantu emak. Dasar pemales! Mau jadi apa kamu nanti!

Otong
(sambil nangis) Otong Cuma minta duit buat jajan..

Bi Tati
Udah dibilangin kagak punya! Udah sono tidur! Jangan bikin emak tambah pusing tujuh keliling! Sono tidur!

Otong terus nangis. Bi Tati tampak uring-uringan.

Dian dan Andra yang melihat dari pintu ikut sedih.


60. INT/EXT. SD, SELASAR – SIANG

Dian terlihat berjalan buru-buru menuju ruang kelasnya. Ia sudah telat. Pada waktu yang bersamaan Kepala sekolah juga sedang berjalan di lorong kelas. Evi yang terburu-buru tidak sengaja menabrak Kepala sekolah.

Kepsek
Dian.

Dian
Maaf, Pak. Dian gak sengaja. Dian buru-buru soalnya udah telat.

Kepsek
Ya, sudah. Tidak apa-apa.



Dian memunguti buku-bukunya yang jatuh berceceran. Satu buku tulis yang berisi tulisan karangan Dian masih tergeletak. Dian pergi.

61. INT. KANTOR KEPSEK – SIANG

Kepsek membaca buku yang ada karangan Dian. Bu Reni masuk.

Kepsek
Bu Reni, coba baca karangan Dian ini. Ini cerita menyentuh sekali.

Bu Reni menerima buku itu lalu membaca, sesaat kemudian..

Bu Reni
Iya, Pak. Awal karangannya saja sudah menarik. Ng.. tapi Dian gak mau ikut lomba mengarang, Pak.

Kepsek
Kenapa?

Bu Reni
Saya kurang tahu. Apa mungkin karena dia minder, karena cuma anak pemulung.

Kepsek tercenung, berpikir.


62. EXT. JALANAN – SIANG

Dian berlari.

Di tengah jalan is sempat melihat tumpukan kertas dan kardus di tempat sampah. Dian lalau mengmbilnya. Tapi di kejauhan datang pemulung kasar.

Pemulung Kasar
Heh, ngapain lo ngambil jatah gua.

Dian
(kaget) ng…nggak, Bang! Saya Cuma butuh makan.

Pemulung Kasar
Enak aja lu, kagak bisa!


Pemulung kasar  mendorong tubuh Dian. Dian mau melawan tapi Pemulung kasar keburu menjambret baju Dian kemudian ditarik. Seragam baju Dian robek dan dian terhuyung. Baju Dian robek pada bagian kancingnya juga tiga kancing bajunya copot. Dian sedih.

Pemulung kasar meninggalkan Dian.

Dian masih sedih melihat bajunya yang robek dan kancingnya terlepas.

Dian masih terpaku bingung. Tapi kemudian dia melihat sebuah warung yang ada dekat situ. Ia menghampiri warung itu.

Dian
Maaf, Pak. Punya peniti enggak?

Penjaga warung mencari peniti dan memberikannya pada Dian, dua buah.

Dian
Makasih ya, Pak.

Dian secepatnya berlari.


63. EXT. AREAL KOLONG JEMBATAN – SIANG

Andra memakai baju seragam. Dian memberi peniti pada bagian kancing seragamnya. Tapi yang robek masih keliatan.

Dian
Kamu harus tetep sekolah.

Andra
Iya, tapi nanti Akil bilang gimana, kalo guru tanya kenapa bajunya robek?

Dian
Ng..iya ya, alasennya apa ya?

Andra
Ngomong terus terang aja?

Dian
Ya udah terserah kamu. Yang penting kamu harus tetep sekolah. Kakak mau kerja keras, biar dapet duit, kumpulin, terus beli baju seragam yang baru.

Andra
Akil juga mau terus mulung.

Dian
Iya, kakak setuju. Udah deh cepet kamu pergi, nanti terlambat.

Andra bergegas pergi.


64. INT. RUMAH BI TATI – MALAM

Andra tengah memperhatikan seragam mereka yang sudah dijahit tangan tapi keliatan sekali jahitannya gak rapi.

Dian masuk sambil menunjukkan sejumlah uang.

Dian
Dra, kita udah punya dua puluh ribu, nih.

Andra
Asiik.. Kita beli baju seragam baru ya, Kak.

Dian
Ya.

Andra memeluk Dian.


65. INT/EXT. TOKO PAKAIAN – SIANG

Dian melihat-lihat baju seragam sekolah yang ada di etalase dan yang menggantung di toko itu. Dian melihat harga satu baju yang termurah 30 ribuan. Dian dan Andra sedih karena uangnya tidak cukup.

Dian
Dra, kita beli di loak aja, yuk. Siapa tahu ada, pasti murah.

Andra
Yuk..

Andra dan Dian pergi.


66. EXT. PINGGIR JALAN – SIANG

Dian melihat-lihat di barang loakan. Ternyata ada baju seragam SD bekas yang digantung di situ.

Namun, Dian dan Andra tidak menyadari kalau di kejauhan seorang anak muda bergaya preman tengah memperhatikan mereka.

Dian
Pak, coba liat baju seragam itu.

Tukang loak mengambil. Dian mengepaskannya pada Andra.

Andra
Kegedean ya, Kak?

Dian
Iya. Tapi gak apa-apa. (Pada tukang loak) Berapa, pak?

Tukang Loak
Dua puluh lima rebu, Neng.

Dian
Dua puluh ribu ya, Pak.

Tukang Loak
Ya udah deh.

Saat Dian mengeluarkan uangnya tiba-tiba seorang anak muda preman yang ternyata tukang copet itu merampas uang dari tangan Dian. Preman copet itu langsung kabur.

Dian
Copeeet..!!

Andra
Copeeet..!!

Dian dan Andra berusaha mengejar tapi pencopet itu sudah menghilang di belokan jalan.

Dian dan Andra terus mengejar, namun tiba-tiba di tengah jalan Andra keserempet motor tukang ojek: “Braak!” Andra terpental, jatuh dan mengerang kesakitan. Dian panik.

Dian
Andraaa!!!!

Andra
(menangis kesakitan) Aduuuh, kak.

Beberapa orang melihat.

Seseorang
Udah cepet bawa ke dokter!

Tukang Ojek menggendong Andra dan membawanya pergi. Dian mengikuti dengan wajah cemas panik. 


67. INT. RUMAH BI TATI, RUANG TENGAH – SIANG
Bi Tati tampak panik dan kepusingan. Otong lagi makan.

Bi Tati
Gua pusiiiing..! Elu enak gak mikir, kerja lu makan terus!

Otong
Kenapa sih emak marah-marah terus.

Bi Tati
Gimana kagak marah-marah, besok Tante Nanik pasti nagih uang kontrakan rumah. Trus kalo kagak bayar, kita diusir dari rumah ini! Emangnya kamu jadi gelandangan di jalan?!

Otong
Gak mau.

Bi Tati
Makanya  bantuin emak! Kerja! Cari duit!

Muncul Dian sambil terisak nangis.

Bi Tati
Ini kenapa lagi?!

Dian
Andra ketabrak motor, Bi.

Bi Tati
Ya ampuuuuun..!! Ada ada aja lu! Bikin kepala jadi pecaaah kalo begini nih! Trus si Andranya mana?!

Dian
Masih di dokter. Dian gak punya duit buat bayar dokter. Hu hu..

Bi Tati
Udah deh Bibi nyerah. Bibi nyerah!! Bibi kagak bisa bantuin kamu lagi! Bibi juga pusing nyari utangan buat bayar kontrakan! Kemana lagi Bibi mesti nyari duit?!

Bi Tati yang terus uring-uringan keluar. Dian masih diam menangis. Otong marah melihat Dian. 

Otong
Elu gak tau diri! Emak gua capek nyari duit. Elu enak-enakan aja. Mendingan lu balik lagi aja ke gubuk Kakek lu!

Dian
Gubuknya udah dipake orang.

Otong
Bodo amat! Sono pergi lu! Disini juga lu bikin sial!

Dian masih diam.

Otong masuk ke kamar belakang. Dian bingung. Tak lama kemudian Otong keluar membawa seluruh pakaian Dian dan Andra.

Otong
Nih, pakean-pakean lu!

Evi kaget dilempari pakean-pakeannya. Otoy masuk lagi ke dalam. Keluar membawa buku pelajaran dan tas besar Evi.

Otong
Nih, buku-buku lu! Gua gak mau lu make kamar gua!

Dian sedih dan kembali nangis. Dian memberesi pakaian dan buku-bukunya ke dalam tas besar bututnya.


68. INT. RUANG TUNGGU DOKTER – SORE

Bersama tukang ojek, Andra keluar dari ruang dokter dengan bagian lukanya yang sudah dibalut perban.

Dian
Pak, saya gak punya duit buat bayar dokternya.

Tukang Ojek
Karena saya yang nabrak, biar saya yang bayar. Kamu bawa aja adek kamu.

Dian
Makasih ya, Pak.

Andra
Kak, pala Andra pusing..

Dian
Iya.., kuatin ya, Ndra.

Dian memapah Andra pergi.


69. EXT. JALANAN – MALAM

Sambil membawa tas besar, Dian dan Andra yang sakit tertatih berjalan di tengah guyuran hujan deras. Andra menangis, Dian juga terisak.

Kilatan cahaya petir, dan gemuruhnya serta kucuran hujan deras semakin menambah kesengsaraan dua anak manusia ini.


70. EXT. AREAL KOLONG JEMBATAN – MALAM

Hanya beralas kardus Andra menggeletak tiduran dengan badan menggigil demam.

Dian menyelimuti tubuh adiknya dengan selimut kain butut. Dian kemudian duduk di samping Andra. Ia menangis, sedih dan bingung.


71. EXT. AREAL KOLONG JEMBATAN – SIANG

Dian terbangun karena cahaya mentari menyorot ke wajahnya. Ia melihat Andra. Lalu memegang tubuh Andra.

Dian
Panas badan kamu tinggi.

Dian panik dan bingung. Ia melihat baju seragamnya. Dian mengambil baju seragam itu lalu lari keluar.


72. INT. SD, RUANG KEPSEK – SIANG

Bu Reni datang melapor pada Kepala sekolah.

Bu Reni
Dian sama Andra udah seminggu ini gak masuk sekolah, pak.

Kepsek
Loh, kenapa? Ada surat pemberita-huannya?

Bu Reni
Enggak ada, Pak.

Kepsek
Kenapa ya? Kasihan anak itu. Mereka itu cerdas. Coba ibu cari tahu di mana alamatnya?

Bu Reni
Baik, Pak.

Saat Bu Reni mau keluar, Panitia Lomba Mengarang datang.

Panitia Lomba
Selamat siang, Pak.

Kepsek
Siang. Silahkan. Dari mana ya?

Panitia 1
Kami dari Panitia lomba mengarang tingkat SD. Juri menetapkan pemenangnya. Dan untuk tahun ini ternyata pemenang pertamanya diraih oleh..

Panitia 2
(sambil membaca selembar kertas)
Judul Karangannya “Berkibarlah dengan Gagah seperti Bendera Merah Putih di Angkasa”, ini karya Dian Anggraeni.

Kepsek
(gembira) Jadi siswa kami menang, Pak!

Panitia 1
Ya. Dan berhak mendapatkan hadiah uang tunai.

Bu Reni
Alhamdulillah..

Bu Reni dan kepsek tampak gembira sekali. Panitia 2 menyerahkan hadiah uang tunai dalam sebuah amplop.

Panitia 2
Ini Hadiah uang tunai, Pak. Silakan Bapak tanda tangani tanda terimanya.

Kepsek menandatangani bukti penerimaan. Bu Reni izin.

Bu Reni
Pak, saya mohon izin mencari Dian.

Kepsek
Silahkan, Bu.

Dengan wajah sumringah Bu Reni bergegas pergi.


73. EXT. PINGGIR JALAN – SIANG

Dian menawarkan bajunya pada tukang loak.

Dian
Pak, saya mau jual.

Tukang Loak
Waduh, udah copot kancingnya. Lima ribu ya?

Dian sempet bingung. Lalu..

Dian
Ya udah deh, Pak.

Sambil mengambil uangnya, Tukang loak tanya.

Tukang Loak
Eh, adikmu yang ketabrak motor itu dimana?

Dian
Sakit, Pak. Di kolong jembatan. Duit ini juga buat beli obat.

Tukang Loak
Aduh, kasian. Nih saya tambahin dua ribu.

Dian
Makasih ya, Pak.

Tukang Loak
Ati-ati duitnya. Entar dirampas copet lagi.

Dian
Iya, pak.

Dian bergegas pergi.


74. EXT. DEPAN RUMAH DIAN – SIANG

Bi Tati dan Otong sudah berkemas dengan tas-tasnya seperti mau pindahan. Bu Reni datang.

Bu Reni
Maaf, Bu. Ini rumahnya Dian dan Andra?

Bi Tati
Ini rumah saya, Bu. Dian dan Andra memang pernah tinggal di sini.

Bu Reni
Terus sekarang di mana Dian dan Andranya, Bu?

Bi Tati
Kagak tau di mana. Udah balik tinggal di jalan kali. Saya pusing udah gak bisa ngurus mereka lagi.

Bu Reni heran.


75. EXT. PINGGIR JALAN – SIANG

Bu Reni celingukan mencari Dian dan Andra. Kemudian matanya tertuju pada baju seragam yang kancingnya diberi peniti yang digantung tukang loak. Bu Reni penasaran dan mendekati tukang loak.

Bu Reni
Maaf, Pak. Itu baju seragam siapa ya?

Tukang Loak
Oo.. ini tadi ada anak jual seragam. Katanya duitnya buat beli obat adiknya.

Bu Reni
Anak perempuan? (Bu Yuti menyebut ciri-ciri Dian)

Tukang Loak
Iya, bener.

Bu Reni
Bapak tau mereka tinggal di mana?

Tukang Loak
Anak perempuan itu bilang, adeknya ada di kolong jembatan.

Sesaat Bu Reni berpikir. Lalu..

Bu Reni
Terima kasih ya, Pak.

Bu Reni bergegas pergi.


76. INT. SEBUAH APOTEK – SIANG

Tampak Dian sedang mengantri membeli obat. Terlihat sekali wajahnya tegang dan gelisah.


77. INT. AREAL KOLONG JEMBATAN – SIANG

Bu Reni diantar seorang lelaki masuk ke kolong jembatan. Bu Reni melihat Andra meringkuk lemah karena sedang demam.

Bu Reni
Ya Tuhan, Andra…

Bu Reni memeriksa badan Andra.

Bu Reni
Anak ini harus cepet di bawa ke dokter. Maaf, bisa bantu saya.

Lelaki yang mengantar Bu Reni itupun lalu membopong tubuh Andra keluar dari kolong jembatan.


78. EXT. JALANAN – SIANG

Dian berlari di jalan sambil membawa obat.


79. INT. AREAL KOLONG JEMBATAN – SIANG

Dian masuk ke kolong jembatan. Ia kaget Andra tak ada di tempatnya.

Dian
Andra! Andraa!! Andraaaa….

Dian panik dan keluar. Lelaki yang tadi membantu Bu Reni kebetulan ada di situ.

Dian
Andraaa..!!

Lelaki
Nyari adik kamu?

Dian
Iya, Bang.

Lelaki
Adik kamu dibawa orang ke dokter Rahma di jalan Rajawali.

Dian cemas. Lalu segera pergi sambil berlari..


80. INT/EXT. RUANG TUNGGU DOKTER – SIANG

Tampak Bu Reni sedang menunggu di situ. Muncul Dian.

Dian
Bu Reni?

Bu Reni
Dian..!

Bu Reni memeluk Dian.

Dian
Jadi ibu yang bawa Andra kemari.

Bu Reni
Iya. Demam adikmu tinggi.

Dokter keluar. Dian langsung bertanya.

Dian
Gimana adik saya, Dok?

Dokter melihat ke arah Bu Reni. Bu Reni mengangguk.

Dokter
Saya akan berusaha menanganinya. Berdoa saja supaya adikmu lekas sembuh.

Dian
Makasih, Dok.

Dokter pergi. Dian menangis. Bu Renii membelai kepala Dian.

Dian
Bu.. Maafin Dian. Dian sama Andra gak bakal bisa sekolah lagi.

Bu Reni
Kamu akan terus sekolah.

Dian
Tapi kami gak punya duit buat biaya sekolah, buat beli baju seragam.

Sesaat Bu Reni diam. Lalu..

Bu Reni
Ibu mau mengangkat kamu dan Andra sebagai anak. Kamu mau?

Dian terharu. Menatap Bu Reni seperti tidak yakin. Bu Reni memeluk Dian dengan penuh kasih sayang. Dian menangis di pelukan Bu Reni.


81. EXT/INT. LAPANGAN SD – SIANG.

Tampak Kepala sekolah sedang berpidato di tengah-tengah para siswa dan guru-guru.

Kepsek
Nah, sebuah kehormatan bagi sekolah kita, karena salah seorang dari siswa kita berhasil keluar sebagai juara pertama Lomba Mengarang tingkat SD, dialah... DIAN ANGGRAENI! Silahkan Dian maju ke depan.

Semua tepuk tangan.Dian yang tidak tahu menahu malah gelagapan  tidak mengerti.

Dian
Maaf, Pak. Kok saya menang?

Kepsek
(senyum)
Buku kamu yang tercecer itu, ternyata berisi karangan kamu. Bapak sempat baca. Lalu Bapak suruh Bu Reni mengetikan cerita kamu itu apa adanya. Dan Bapak daftarkan ke Panitia Lomba.

Dian terharu.

Kepsek
Nah, sekarang terimalah uang tunai ini sebagai hadiahnya.

Dian menerima amplop uang itu. Semua tepuk tangan. Bu Reni maju, membawa sebuah bungkusan besar.

Bu Reni
Ini hadiah dari sekolah atas prestasi kamu mengangkat citra harum sekolah kita. Bukalah..

Dian membuka bungkusan besar itu. Tampak dalam bungkusan besar itu beberapa potong pakaian seragam, sepatu, buku-buku dan alat tulis. Dian terharu..

Dian
Andra! Andra! Sini.

Kepsek
Silahkan Andra maju.

Andra maju mendekati Dian.

Dian
Liat, semua pakaian seragam ini buat kita.

Andra
Jadi kita bisa sekolah terus ya, kak.

Dian
Iya, iya. Kita harus sekolah terus.

Dian dan Andra kemudian menatap bendera merah putih yang berkibar di tiang di tengah orang-orang. Dian dan Andra memberi hormat pada bendera. Kepsek ikut hormat, yang lain ikut.

Dian
Kakek! Dian dan Andra akan berkibar gagah.. akan berkibar gagah..

Dian dan Andra menangis sambil terus hormat.

Bendera merah putih itu berkibar diiringi lagu nasional “Berkibarlah Benderaku”

Freeze..

THE END