Aku hanya bisa terdiam
melihat pesan terakhirmu. Pesan balasan yang kau kirim di kotak masuk ponselku.
Yang membuat hati ini kembali pada luka lama yang sebelumnya kau sembuhkan
karena kehadiranmu.
Ada yang hilang, sekejap ketika
ucapan selamat tinggal itu terucap. Ya, kau yang mengucapkannya. Mengucapkannya
tanpa suara, tapi menghujam hati begitu dahsyat. Sakit, perih, terluka begitu
dalam. Kau pergi, meninggalkanku tanpa sepatah katapun yang bisa kudengar
langsung terucap dari bibirmu sendiri.
Kau pergi setelah sekian
lama merajut asa dan membingkai kenangan bersamaku. Ada yang salah padaku? Entahlah,
hanya dirimu yang tau alasan mengapa kau meninggalkanku. Aku bukanlah wanita
sempurna yang bisa dan punya segalanya, aku hanyalah seseorang yang mencintaimu
dengan tulus dan melakukan yang terbaik untukmu.
Mencintaimu, dan bisa
bersamamu selalu menyenangkan untukku. Semuanya terasa indah. Tak sedetikpun
aku merasa bosan saat bersamamu, merangkai begitu banyak kenangan indah. Tapi kini
terasa begitu pahit, sakit, dan meninggalkan luka. Kau tau itu?
Kau pergi tanpa peduli
aku yang masih tetap di sini menantimu kembali menjelaskan semuanya. Kau pergi
meninggalkanku bersama hati yang telah kau hancurkan. Mengapa kau pergi? Haruskah
seperti ini?
Apakah kau hanyalah
seseorang yang ditakdirkan untuk datang, singgah sejenak, membuat kenangan,
lalu pergi begitu saja? Semuanya terasa begitu sulit untuk aku pahami.
Tentang datang dan pergi,
aku tidak peduli. Dalam hati ini masih tergores namamu yang selalu kuucap dalam
genggaman do’a dalam kedua telapak tangan. Aku mencintaimu.
Semua rangkaian kenangan dan
rajutan asa yang terbias dalam kebersamaan kita kusimpan rapi di dalam hati
ini. Aku menunggumu kembali. Di sini, di sampingku, bersamamu.
Aku tidak pernah
memaksamu untuk tetap di sini, bersamaku, namun jika kau juga memiliki rasa
yang sama, mencintaiku, seharusnya kau tidak pergi.