By: Rahmawati Sahing

Selasa, 30 April 2013

Postingan Sakit Hati!


Pernah sakit sakit hati gara-gara mencintai seseorang?! Jawabannya mungkin adalah “YA” buat yang udah pernah ngalamin jatuh cinta. Dan aku mungkin adalah satu dari sekian juta manusia yang pernah ngalamin itu. Hmmm…….

Postingan ini sebenarnya udah lama banget aku tulis, cuman gak tau kenapa ada perasaan yang gak tau males, atau ngerasa kurang kerjaan aja mosting sekaligus curhat masalah sakit hati di blog! But, it’s only to share! Terkadang “dunia maya” bisa lebih mendengarkan dan memahami kita ketika manusia-manusia di dunia nyata terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing dan menjadi sulit untuk memahami kita.
Saat nulis postingan ini aku lagi duduk di salah satu sudut meja dalam restauran fast food di sebuah mall di Makassar sambil nunggu seorang teman yang katanya hari ini ngajakin aku jalan. Udah hampir satu jam aku duduk. Ngerasa bosan dan akhirnya malah iseng nulis curhat.
Sesekali rasa bosanku aku tahan sambil mengunyah kentang goreng yang aku pesan atau ngeliatin orang di sekeliling. Di sebelahku ada bapak-bapak gendut yang lagi makan ayam dengan sangat lahap bareng dua orang anak kembarnya.
Di depanku ada sekelompok anak SMP yang masih pake seragam lagi makan sambil ngobrol dan ketawa-ketawa. Keliatannya obrolannya seru banget!
Sementara di belakangku, ada sepasang kekasih yang lagi makan sambil suap-suapan. Sebenarnya aku merasa norak banget sama pemandangan itu, tapi, aku ngerti gimana rasanya orang yang lagi jatuh cinta. Secara aku juga pernah ngalamin. Dunia serasa milik berdua dan yang lain Cuma ngontrak.
Yup, mereka semua terlihat biasa. Sama kayak aku. Juga terlihat biasa aja.
Padahal, belum cukup dua minggu aku ditinggalin sama orang yang aku sayang salah, orang yang pernah aku tinggalkan duluan karena melakukan kesalahan terbodoh dan mungkin membuatku menyesal seumur hidup.
Di dalam tubuh yang terlihat biasa-biasa ini, aku sedang hancur, berantakan, sakit, dan gak tau gimana cara ngobatinnya. Aku galau segalau-galaunya.Tapi bagi orang lain yang ngeliat, aku tentunya hanya terlihat biasa. Karena apapun masalah kita, serumit apapun itu, orang lain akan tetap jalan dengan hidup dan urusannya masing-masing. Seolah mereka tidak memperdulikan sama sekali.

Ada banyak alasan untuk orang putus cinta dan akhirnya sakit hati.
Mulai dari ketidaksamaan dari apa yang kita inginkan dengan apa yang diberikan oleh pasangan, masalah agama, orang tua, sahabat, atau PIHAK KETIGA.

Sebenarnya di posisi ini aku gak tau mau memposisikan diri antara yang menyakiti atau yang tersakiti. Sebab, memang aku duluan yang bikin masalah dan akhirnya seperti ini.
Karena satu alasan (gak bisa aku sebutin), aku akhirnya meninggalkan Tuan M (my X boy friend). Singkatnya, aku mutusin dia. Ya, aku mungkin memang kejam waktu itu. Aku sadar udah bikin dia jadi sakit hati banget.
Tapi karena aku sadar udah bikin dia sakit hati, aku juga nggak ninggalin dia gitu aja. Kata “putus” emang udah pernah terucap, tapi keseharian dalam bergaul dengan dia tetap aku jalani seperti biasa. Gak jauh beda pas masih pacaran dulu. Bahkan orang-orang di sekitar kami gak ada yang ngira kalo kami udah bubaran.
Selang beberapa minggu setelah kejadian AKU-MUTUSIN-DIA, aku ngerasa memang ada yang hilang dalam hari-hariku. Aku merasa kehilangan dia. Lalu aku berpikir, mungkin aku nyesel kehilangan dia. Hari-hari selanjutnya, aku masih mikirin itu dan akhirnya berpikir mulai membuat opsi dalam menjalani hubungan kami berdua, antara “balikan aja” atau “terus kayak gini aja, kayak orang HTS-an”.
Tapi, baru beberapa hari mikirin itu aku malah nangkep gelagat gak beres dari dia. Dia biasanya masih sangat intens ngehubungin aku lewat telepon atau sekedar sms tiap harinya. Tapi, beberapa hari terakhir itu, dia udah jarang banget nelpon, kalopun sms aku, terkadang Cuma sesekali. Kalo aku yang nelpon dia duluan ponselnya lebih sering mengeluarkan nada sibuk. Tiap kali ketemu, dia juga udah masang tampang males dan tiap kali minjem ponselnya dia selalu keliatan rada-rada was-was. Tiap kali iseng ngecek-in inbox-nya, dia selalu pengen ngerebut ponselnya, bahkan udah dipasangin password. Dia bahkan bohongin aku seperti anak ingusan saat aku mintain password inbox-nya. Password yang biasanya dengan enteng dia kasi tau ke aku.
Password-nya masih yang dulu, kok! Tuh, hp emang sering kayak gitu! Kadang-kadang bisa dibuka pake password-nya, tapi kadang-kadang malah gak bisa! Aku juga gak tau kenapa, mungkin hpnya udah mulai error, tuh!” jawabnya sama aku tiap kali aku tanyain password inbox-nya. Dan aku dengan bodohnya nerima jawabannya gitu aja. Persis anak kecil yang dibodoh-bodohin sama kakaknya.
Waktu itu aku gak tau kalo dia lagi Pe_De_Ka_Te sama cewek lain. Aku bahkan masih berpikir kalo dia masih belum bisa lupain aku. Ya, aku terlalu kePeDe-an.

Hari itu akhirnya tiba. Hari di mana aku ngerasa sangat hancur.
Aku masih ingat hari itu, hari Rabu. Di mana Tuan M mengatakan semuanya dengan terus terang, setelah sehari sebelumnya kudesak untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.
Waktu itu dia ngajakin aku bicara di dalam salah satu kelas di kampus ketika menunggu jam pergantian untuk mata kuliah selanjutnya. Dia pandangin aku lekat-lekat, sementara aku yang sudah punya feeling tentang apa yang akan dia katakan hanya tertunduk dan gak mampu menatap matanya.
Dia menyebut satu nama. Nona I. Cewek yang satu fakultas, satu jurusan dan yang paling spektakuler, dia adik junior dari mahasiswa angkatanku. Yang terpaut hanya setahun di bawahku.
Saat mendengar kalimat menyakitkan itu mengalir dengan sangat lancar dari mulut Tuan M, aku merasa atap kampus di atasku mendadak runtuh di atas kepalaku. Ada sesuatu yang sangat berat menimpaku saat itu, jam itu, menit itu, dan detik itu juga. Dadaku jadi terasa sangat sesak, sulit untuk bernapas. Aku ngerasa sangat hancur, sakit se-sakit sakitnya. Bahkan Tuan M hanya melihatku pergi begitu saja meninggalkan kelas saat air mata yang sedari tadi aku tahan untuk keluar.
Aku berjalan keluar kelas sendirian sambil menangis dan mencoba untuk menahan tubuhku sendiri yang terasa jadi gak seimbang karena masih sangat shock. Baru setelah beberapa menit aku pergi, dia baru berlari mengejarku. Memanggil namaku dengan sebutan yang sebelumnya tak pernah ia sebut untuk memanggilku dulu. Panggilan yang menurutku kurang sopan. Aku tetap berjalan pergi tak peduli dengan panggilannya itu. Aku masih belum bisa menerima kenyataan kalo dia udah menggantikanku di hatinya. Menggantikanku dengan wanita yang mungkin sekarang terlihat lebih INDAH dariku di matanya kini. Apakah dia tahu kalo aku sakit??!!
Mungkin ini hukum karma. Mungkin inilah dulu yang pernah dia rasakan ketika aku melakukan hal yang sama padanya dulu.
Tapi aku gak pernah memperlakukan dia seperti ini. Bahkan di hari besoknya, dia bahkan ogah banget ngeliatin aku. Dia nggak peduli aku masih butuh sama dia. Padahal ketika hal yang sama kulakukan padanya, aku masih selalu adanya untuknya ketika dia butuh sama aku. Aku nggak bener-bener ninggalin dia. Aku masih rela berkorban demi dia. Tapi kenapa setelah dia dapat penggantiku, dia sampai setega itu.
Aku sakit sesakit- sakitnya. Aku ngerasa hancur. Gak tahu harus ngapain.
Awalnya aku pengen ngomong langsung sama si Nona I tentang apa yang terjadi tapi, Tuan M melarangku dengan alasan untuk menjaga perasaan Nona I. Bahkan di jejaring sosial facebook Tuan M aku sempat melihat ia menulis dikronologi Nona I agar Nona I bisa terus tersenyum dan menjaga keadaan agar tetap baik-baik saja. Aku ngerasa sakit pas baca tulisan itu.
Aku gak pernah nyangka Tuan M melakukan itu sama aku. Menyuruhku menjaga perasaan pacar barunya itu sementara dia bahkan gak peduli sama sekali dengan perasaanku. Sakiiiittt!
Nona I gak pernah tahu gimana sakit yang aku rasain. Gimana aku mesti menderita nahan sakit tiap kali ingat Tuan M. Nona I gak pernah tau apa aja yang aku lakuin untuk berusaha ngilangin pikiran tentang Tuan M. Gimana perasaan tersiksa yang aku rasain tiap kali liat dia. Sakit hati yang begitu sangat ketika mendengar Tuan M mengangkat telepon si Nona I ketika duduk di sampingku. Sakit. Sakit yang nggak bisa aku deskripsikan.
Aku gak pernah tahu, sampai kapan aku bisa bertahan dengan perasaan yang masih sangat sakit ini. Gimana caranya untuk bisa melupakan Tuan M. Mungkin bersabar dan ikhlas adalah yang terbaik kulakukan saat ini. Meskipun itu aku lakuin dengan perasaan yang teramat sakit.
Pengorbanan yang dulu aku lakukan, seolah kini sama sekali nggak ada artinya dan nggak ada harganya.
Aku sekarang Cuma bisa tersenyum dalam sedih. Terima kasih buat Tuan M atas kenangan manis yang sudah kita jalanin sama-sama dan terima kasih juga untuk kenangan pahit yang mungkin nggak bakalan aku lupain seumur hidup.
Ini semua bakalan jadi pengalaman berharga yang pernah aku lalui dalam hidup. Terima kasih atas rasa sakit ini.

NONA I NGGAK PERNAH TAHU GIMANA PERASAAN NONA R!

KAU JAGA SENYUMNYA DAN BIARKAN AKU MENANGIS!

DI MATAMU KINI, MUNGKIN DIA MEMANG LEBIH INDAH DARIKU.

Sebutir leleran air terasa mengalir keluar dari pelupuk mataku saat mengakhiri tulisan ini._ _ _ _