By: Rahmawati Sahing

Jumat, 07 Oktober 2011

KOMPONEN PEMBELAJARAN: PESERTA DIDIK

A.    MENGENAL PESERTA DIDIK
1.    Siapakah Peserta Didik itu?
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal pada jenjang pendidikan, dan jenis pendidikan tertentu.
Peserta didik merupakan komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, peserta didik dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain Pendekatan sosial, Pendekatan psikologis, dan Pendekatan edukatif/paedagogis.
1.      Pendekatan sosial, peserta didik adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas. Peserta didik perlu disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri di masyarakat. Kehidupan masyarakat itu dimulai dari lingkungan keluarga dan dilanjutkan di lingkungan masyarakat sekolah. Dalam konteks inilah peserta didik melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan masyarakat yang berhubungan dengan sekolah.  Dalam situasi inilah nilai-nilai sosial yang terbaik ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung.
2.      Pendekatan psikologis, peserta didik adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. Peserta didik memiliki berbagai potensi manusiawi seperti bakat, minat, kebutuhan, social-emosianal-personal, dan kemampuan jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan secara menyeluruh menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya perbahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efesiensi. Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi, social, emosional, dan spiritual. Yang berhubungan satu dengan yang lainnya.
3.      Pendekatan edukatif/paedagogis, Pendekatan pendidikan menempatkan peserta didik sebagai unsur yang penting, memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan yang menyeluruh dan terpadu.

2.    Pandangan tentang peserta didik
Setidak-tidaknya terdapat 3 jenis pandangan terhadap siswa diantaranya:
a.    Pandangan lama menyebutkan bahwa, peserta didik adalah orang sedang menuntut ilmu untuk menuju kedewasaan. Karena itu segala sesuatunya perlu dipersamakan seperti halnya orang dewasa. Peserta didik perlu diberi pakaian, makanan, dan tempat tinggal begitupun orang dewasa.
b.    Pandangan kedua mengatakan bahwa peserta didik selaku siswa. Peserta didik tidak bisa dan tidak mungkin dipersamakan dengan orang dewasa. Ia memiliki ciri-ciri sendiri. Perlakuan siswa berbeda dengan perlakuan orang dewasa. Setiap siswa berada pada tahap sedang berkembang, ia memiliki banyak potensi-potensi, olehnya itu perlu diadakan upaya pendidikan.
c.    Peserta didik dipersiapkan untuk hidup di dalam masyarakat. Maka ia harus dipersiapkan sesuai dengan masyarakat setempat. Pandangan ini dikenal dengan Child in his society.
3.    Tujuan mengenal peserta didik
Seorang guru mengenal peserta didiknya dengan maksud dan tujuan agar guru tersebut dapat membantu pertumbuhan dan perkembangannya secara efektif. Hal tersebut sangat penting sekali untuk memahami peserta didik secara saksama. Agar guru dapat menentukan dengan saksama bhan-bahan yang akan diberikan, penggunaan prosedur mengajar yang serasi, serta mampu mengadakan diagnosis terhadap kesulitan.
Kesulitan belajar yang dialami peserta didik merupakan tugas utama dari seorang guru begitu pula masalah mengenai pengaturan disiplin kelas, melayani perbedaan-perbedaan individual antar peserta didik memberikan bimbingan, menilai hasil belajar, dan kemajuan belajar peserta didik serta kegiatan-kegiatan guru lainnya yang berhubungan dengan aktivitas peserta didik.

4.    Hal-hal yang perlu dikenal dari peserta didik
Banyak aspek dari pribadi peserta didik yang perlu dikenal, namun dalam hal materi ini akan diklasifikasikan dalam beberapa aspek sbb.
a.      Latar belakang masyarakat
Budaya masyarakat dimana peserta didik tinggal, besar pengaruhnya terhadap perilakunya. Latar belakang budaya ini menyebabkan para peserta didik memiliki sikap yang berbeda-beda tentang agama, politik, masyarakat, dan cara bertingkah lakunya. Pengalaman peserta didik yang hidup dalam masyarakat kota sangat berbeda dengan pengalaman peserta didik yang tinggal di pedesaan. Demikian pula kesempatan untuk berekreasi, pembinaan kesehatan, fasilitas pendidikan yang ada di dalam masyarakat sangat berpengaruh terhadap pandangan peserta didik. Tiap masyarakat memberikan pengaruh yang berlainan terhadap peserta didik sehingga setiap peserta didik memiliki pribadinya sendiri pula.
b.      Latar belakang keluarga
Situasi di dalam keluarga besar pengaruhnya terhadap emosi, penyesuaian sosial, minat, sikap, tujuan, disiplin, dan perbuatan peserta didik di sekolah. Apabila di rumah peserta didik sering mengalami tekanan dan frustasi, maka ia juga akan mengalami perasaan asing di sekolah. Kalau di rumah ia ditolak maka di sekolah pun ia merasa tidak diterima dan. Guru perlu mengenal situasi dan kondisi dalam keluarga peserta didik agar dapat merencanakan kegiatan-kegiatan yang serasi, kendatipun pengaruh keluarga ini tidak mutlak menentukan berhasilnya seorang peserta didik.
c.       Tingkat intelegensi
Hasil intelegensi menjadi sumber yang menggambarkan tentang abilitas belajar peserta didik. Tingkatan intelegensi dimulai dari usia mental. Mental Age= MA dibagi usia kronologis (CA). IQ 100 menunjukkan kecerdasan rata-rata. Untuk usia 7 tahun maka IQnya adalah 140 tetapi kalau menunjukkan tingkat kecerdasan untuk usia 4 tahun  maka IQnya adalah 80. Intelegensi seseorang dipengaruhi oleh perasaan cemas, dorongan, dan rasa aman. Tingkatan intelegensi dapat digunakan untuk memperkirakan keberhasilan peserta didik.
d.      Hasil belajar
Guru perlu mengenal hasil belajar dan kemajuan belajar peserta didik yang telah diperoleh sebelumnya. Hal-hal yang perlu diketahui ialah antara lain penguasaan pelajaran, keterampilan-keterampilan belajar, dan bekerja. Dengan pengenalan tersebut guru dapat membantu/mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
e.       Kesehatan badan
Seorang guru perlu secara berkala mengetahui tentang keadaan kesehatan dan pertumbuhan siswa. Keadaan kesehatan dan pertumbuhan ini besar pengaruhnya terhadapa hasil pendidikan dan penyesuaian sosial mereka. Siswa yang kurang sehat badannya mungkin kurang energi untuk belajar. Pertumbuhan badan sangat berpengaruh pada kegiatan belajar, seperti siswa yang ototnya masih lemah, siswa yang puber dan siswa yang mengalami cacat badan. Guru dapat memikirkan dan mengusahakan pemberian bantuan kepada mereka seperti memperbaiki prosedur mengajar, mengatur tempat duduk, dsb.
f.       Kebutuhan-kebutuhan emosional
Di antara kebutuhan- kebutuhan emosional yang paling penting di kalangan peserta didik pada umumnya ialah ingin diterima, berteman, dan rasa aman. Kebutuhan ini perlu mendapat kepuasan atas kebutuhan-kebutuhan tersebut maka ia akan menimbulkan frustasi dan gangguan mental lainnya.
g.      Sifat-sifat kepribadian
Seorang guru perlu mengenal kepribadian peserta didik agar guru mudah mengadakan Pendekatan pribadi dengan mereka. Dengan demikian hubungan pribadi menjadi lebih dekat dan mendorong pengajaran lebih efektif.
h.      Bermacam-macam minat belajar
Guru perlu sekali mengenal minat-minat peserta didiknya. Hal ini sangat penting bagi guru untuk memilih bahan pelajaran, merencanakan pengalaman-pengalaman belajar, menuntun mereka ke arah pengetahuan dan memotivasi belajar mereka.

B.     PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Guru yang efektif perlu memahami pertumbuhan dan perkembangan siswa secara komperhensif. Pemahaman ini akan memudahkan guru untuk menilai kebutuhan murid dan merencanakan tujuan, bahan, prosedur, belajar mengajar dengan tepat. Untuk memahami pertumbuhan dan perkembangan murid, guru dapat bahan-bahan yang bersumber fisiologi, psikologi, dan mengintegrasikan semua pendapat-pendapat yang ada didalamnya.

1.    Konsep-konsep dasar tentang perkembangan siswa ialah:
Konsep-konsep dasar tentang perkembangan siswa ialah:
a.    Pertumbuhan  
Pertumbuhan ialah pertambahan secara kuantitatif dari subtansi atau struktur yang umumnya ditandai dengan perubahan-perubahan biologis pada diri seseorang yang menuju kearah kematangan. Pertumbuhan fisik berjalan dengan cara yang berbeda-beda, misalnya pada otak,tinggi badan dan berat badan
Pertumbuhan ini bersumber dari bakat dan pengaruh  lingkungan. Pada umumnya peranan bakat lebih menonjol jika dibandingkan dengan peranan pengaruh lingkungan.
b.   Kematangan dan maturasi
Kematangan adalah tingkat atau keaadaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan perorangan sebelum ia dapat melakukan sebagaimana mestinya  pada bermacam-macam tingkat pertumbuhan mental fisik mereka. Kedewasaan  ialah kemajuan pertumbuhan yang normal kearah kematangan proses maturasi diakibatkan  dari berbagai kapasitas  dan struktur, misalnya pertumbuhan otot.
c.    Perkembangan
Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya perubahan struktur kapasitas,fungsi, dan efesiensi. Perkembangan itu bersifat keseluruhan  misalnya pertumbuhan intelektual, emosional dan spiritual. Yang saling berhubungan satu sama lainnya.

d.    Perkembangan normal
Pengertian perkembangan ini dapat ditinjau dari beberapa segi diantaranya:
1)        Perkembangan normal dilihat dari segi pola perkembangan individu siswa. Perkembangan ini berbeda pada setiap invidu, seperti:salah satu siswa  yang lebih dulu pandai berbicara sedangakan siswa yang lain lebih cepat pandai berjalan.
2)        Perkembangan normal dilihat dari segi usia kronologis. Tingkat usia siswa dijadikan dasar untuk menentukan normal atau tidaknya perkembangan siswa. Perkembangan yang normal dilihat dari tingkat umur tertentu, siswa dapat melakukan sesuatu yang dianggap belum normal.

2.    Prinsip-prinsip pertumbuhan dan perkembangan
Di antara prinsip-prinsip pertumbuhan dan perkembangan yang penting ialah sbb.
a.       Belajar ialah mengalami.
b.      Belajar menunjukkan adanya perubahan kelakuan dan sikap.
c.       Kesiapan untuk sesuatu tugas belajar ditunjukkan oleh pertumbuhan siswa secara keseluruhan.
d.      Individu berbuat sebagai suatu keseluruhan.
e.       Para pelajar itu bermacam-macam baik dalam hal perkembangan dalam dirinya maupun dilihat dari norma-norma yang ada.
f.       Setiap siswa memiliki keunikan dalam pola perkembangannya.
g.      Proses pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara beruntun.
h.      Reaksi-reaksi mental dan fisik dapat dipengaruhi dan dikembangkan.
i.        Para siswa ada kesamaannya dalam banyak hal begitupun sebaliknya.

3.    Tentang kebutuhan-kebutuhan peserta didik
Dalam tahap-tahap perkembangan individu peserta didik, dan satu aspek yang paling menonjol ialah adanya bermacam ragam kebutuhan yang meminta kepuasan.
Beberapa ahli telah mengadakan analisis tentang jenis-jenis kebutuhan murid antara lain:
a.    Prescott, mengadakan klasifikasi kebutuhan sbb.
1)      Kebutuhan-kebutuhan fisiologis.
2)      Kebutuhan-kebutuhan sosial atau status.
b.    Maslow, menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan psikologis akan timbul setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpenuhi. Ia mengadakan klasifikasi kebutuhan dasar sbb.
1)      Kebutuhan-kebutuhan akan keselamatan.
2)      Kebutuhan-kebutuhan memiliki dan mencintai.
3)      Kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan.
4)      Kebutuhan-kebutuhan untuk menonjolkan diri.
Maslow yakin, bahwa dalam pemenuhan-pemenuhan kebutuhan harus berjalan secara sistematis.

4.    Kebutuhan peserta didik
Sekolah adalah suatu lembaga sosial yang berfungsi memenuhi, dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan peserta didik dalam kebutuhannya. Dipihak lain, murid-murid mengharapkan dapat memberikan kepuasan terhadap kebutuhan akan pendidikan bagi mereka. Romine telah mengadakan penelitian terhadap sejumlah buku catatan mengenai harapan peserta didik terhadap pendidikan sekolah, hasilnya dia menemukan 11 kelompok kebutuhan yakni:
1)      Belajar dan sukses di sekolah
2)      Pertumbuhan dan perkembangan kesehatan dan kemanusiaan
3)      Kemampuan sosial
4)      Hubungan antara laki-laki dan perempuan
5)      Penyesuaian jabatan
6)      Menemukan filsafat hidup
7)      Perkawinan dan kehidupan keluarga
8)       Persoalan keuangan
9)      Pengertian dan perdamaian dunia
10)  Waktu senggang
11)  Pengertian atas bangsa sendiri dan warga Negara yang aktif
Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan itu maka pengajaran disekolah disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Mata pelajaran dan prosedur mengajar sejalan dengan tuntunan kebutuhan itu.

C.    MANAJEMEN PESERTA DIDIK
1.       Apa yang Dimaksud dengan Manajemen Peserta Didik?
Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah.  Knezevich (1961) mengartikan manajemen peserta didik atau pupil personnel administration sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.
Secara sosiologis, peserta didik mempunyai kesamaan-kesamaan. Adanya kesamaan-kesamaan yang dipunyai anak inilah yang melahirkan kensekuensi kesamaan hak-hak yang mereka punyai. Kesamaan hak-hak yang dimiliki oleh anak itulah, yang kemudian melahirkan layanan pendidikan yang sama melalui sistem persekolahan (schooling). Dalam sistem demikian, layanan yang diberikan diaksentuasikan kepada kesamaan-kesamaan yang dipunyai oleh anak. Pendidikan melalui sistem schooling dalam realitasnya memang lebih bersifat massal ketimbang bersifat individual.
Layanan yang lebih diaksentuasikan kepada kesamaan anak  yang bersifat massal ini, kemudian digugat. Gugatan demikian, berkaitan erat dengan pandangan psikologis mengenai anak. Bahwa setiap individu pada hakekatnya adalah berbeda. Oleh karena berbeda, maka mereka membutuhkan layanan-layanan pendidikan yang berbeda.
Layanan atas kesamaan yang dilakukan oleh sistem schooling tersebut dipertanyakan, dan sebagai responsinya kemudian diselipkan layanan-layanan yang berbeda pada sistem schooling tersebut.
Adanya dua tuntutan pelayanan terhadap siswa, yakni aksentuasi pada layanan kesamaan dan perbedaan anak, melahirkan pemikiran pentingnya manajemen peserta didik  untuk mengatur bagaimana agar tuntutan dua macam layanan tersebut dapat dipenuhi di sekolah.
Baik layanan yang teraksentuasi pada kesamaan maupun pada perbedaan peserta didik, sama-sama diarahkan agar peserta didik berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

2.       Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik
Tujuan umum manajemen peserta didik adalah: mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses belajar mengajar di sekolah; lebih lanjut, proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Tujuan khusus manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:
1.      Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik.
2.      Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan minat peserta didik.
3.      Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.
4.      Dengan terpenuhinya 1, 2, dan 3 di atas diharapkan peserta didik dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-cita mereka.
Fungsi manajemen peserta didik secara umum adalah: sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosialnya, segi aspirasinya, segi kebutuhannya dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.
Fungsi manajemen peserta didik secara khusus dirumuskan sebagai berikut:
1.      Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik, ialah agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak terhambat. Potensi-potensi bawaan tersebut meliputi: kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan lainnya.
2.      Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik ialah agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya, dengan orang tua dan keluarganya, dengan lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan sosial masyarakatnya. Fungsi ini berkaitan dengan hakekat peserta didik sebagai makhluk sosial.
3.      Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik, ialah agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya. Hobi, kesenangan dan minat peserta didik demikian patut disalurkan, oleh karena ia juga dapat menunjang terhadap perkembangan diri peserta didik secara keseluruhan.
4.      Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik ialah agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya. Kesejahteraan demikian sangat penting karena dengan demikian ia akan juga turut memikirkan kesejahteraan sebayanya.

3.       Prinsip-Prinsip Manajemen Peserta Didik
Yang dimaksudkan dengan prinsip adalah sesuatu yang harus dipedomani dalam melaksanakan tugas. Jika sesuatu tersebut sudah tidak dipedomani lagi, maka akan tanggal sebagai suatu prinsip. Prinsip manajemen peserta didik mengandung arti bahwa dalam rangka memanaj peserta didik, prinsip-prinsip yang disebutkan di bawah ini haruslah selalu dipegang dan dipedomani. Adapun prinsip-prinsip manajemen peserta didik tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian dari keseluruhan manajemen sekolah. Oleh karena itu, ia harus mempunyai tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap tujuan manajemen secara keseluruhan. Ambisi sektoral manajemen peserta didikB tetap ditempatkan dalam kerangka manajemen sekolah. Ia tidak boleh ditempatkan di luar sistem manajemen sekolah.
2.      Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik para peserta didik. Segala bentuk kegiatan, baik itu ringan, berat, disukai atau tidak disukai oleh peserta didik, haruslah diarahkan untuk mendidik peserta didik dan bukan untuk yang lainnya.
3.      Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan untuk mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan punya banyak perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik, tidak diarahkan bagi munculnya konflik di antara mereka melainkan justru mempersatukan dan saling memahami dan menghargai.
4.      Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik. Oleh karena membimbing, haruslah terdapat ketersediaan dari pihak yang dibimbing. Ialah peserta didik sendiri. Tidak mungkin pembimbingan demikian akan terlaksana dengan baik manakala terdapat keengganan dari peserta didik sendiri.
5.      Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan memacu kemandirian peserta didik. Prinsip kemandirian demikian akan bermanfaat bagi peserta didik tidak hanya ketika di sekolah, melainkan juga ketika sudah terjun ke masyarakat. Ini mengandung arti bahwa ketergantungan peserta didik haruslah sedikit demi sedikit dihilangkan melalui kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik.
6.      Apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu diupayakan oleh kegiatan manajemen peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik baik di sekolah lebih-lebih di masa depan.

4.       Pendekatan Manajemen Peserta Didik
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam manajemen peserta didik (Yeager, 1994). Pertama, pendekatan kuantitatif (the quantitative approach). Pendekatan ini lebih menitik beratkan pada segi-segi administratif dan birokratik lembaga pendidikan. Dalam pendekatan demikian, peserta didik diharapkan banyak memenuhi tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan lembaga pendidikan di tempat peserta didik tersebut berada. Asumsi pendekatan ini adalah, bahwa peserta didik akan dapat matang dan mencapai keinginannya, manakala dapat memenuhi aturan-aturan, tugas-tugas, dan harapan-harapan yang diminta oleh lembaga pendidikannya.
Wujud pendekatan ini dalam manajemen peserta didik secara operasional adalah: mengharuskan kehadiran secara mutlak bagi peserta didik di sekolah, memperketat presensi, penuntutan disiplin yang tinggi, menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Pendekatan demikian, memang teraksentuasi pada upaya agar peserta didik menjadi mampu.
Kedua, pendekatan kualitatif (the qualitative approach). Pendekatan ini lebih memberikan perhatian kepada kesejahteraan peserta didik. Jika pendekatan kuantitatif di atas diarahkan agar peserta didik mampu, maka pendekatan kualitatif ini lebih diarahkan agar peserta didik senang. Asumsi dari pendekatan ini adalah, jika peserta didik senang dan sejahtera, maka mereka dapat belajar dengan baik serta senang juga untuk mengembangkan diri mereka sendiri di lembaga pendidikan seperti sekolah. Pendekatan ini juga menekankan perlunya penyediaan iklim yang kondusif dan menyenangkan bagi pengembangan diri secara optimal.
Di antara kedua pendekatan tersebut, tentu dapat diambil jalan tengahnya, atau sebutlah dengan pendekatan padu. Dalam pendekatan padu demikian, peserta didik diminta untuk memenuhi tuntutan-tuntutan birokratik dan administratif sekolah di satu pihak, tetapi di sisi lain sekolah juga menawarkan insentif-insentif lain yang dapat memenuhi kebutuhan dan kesejahteraannya. Di satu pihak siswa diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas berat yang berasal dari lembaganya, tetapi di sisi lain juga disediakan iklim yang kondusif untuk menyelesaikan tugasnya. Atau, jika dikemukakan dengan kalimat terbalik, penyediaan kesejahteraan, iklim yang kondusif, pemberian layanan-layanan yang handal adalah dalam rangka mendisiplinkan peserta didik, penyelesaian tugas-tugas peserta didik.

1 komentar: