Setiap orang punya sesuatu yang
dianggap berharga dalam hidupnya. Yang membuatnya untuk selalu dijaga dan tetap
ada menemani hidup kita.
Ok, kita mulai dari pacaran.
Pacaran itu sesuatu yang indah, seru,
dan menyenangkan. Tapi ketika semuanya berjalan seiring dengan waktu, itu bisa
menimbulkan perasaan baru yang bisa jadi berbahaya, yaitu takut kehilangan.
Semakin indah, semakin baik, dan
semakin sempurna si Dia di mata kamu, maka kamu akan semakin takut pula untuk
kehilangan dia. Rasa takut inilah yang bisa menjerumuskan kita ke dalam lembah
kegalutan yang dapat membuat kita terkadang melakukan tindakan-tindakan
irasional. Misalnya terjadi reaksi keegoisan yang berlebih dalam diri karena
cemburu kalo melihat si Dia dekat dengan orang lain. Sering melarang si Dia
dekat sama orang lain meskipun sekedar teman. Takut kalo-kalo yang deket sama
si Dia itu ternyata punya hal yang lebih dari kamu dan si Dia malah bisa
berpaling dari kamu.
Di situlah karena ada “rasa” takut
kehilangan yang menghantui dan menjebak kita.
Sesuatu yang berasal dari perasaan
seringkali melumpuhkan pikiran. Membuat hilangnya keterhubungan antara hati dan
logika. Seharusnya dalam urusan cinta kita harus bisa membaginya secara
seimbang antara hati dan logika, namun pada kenyataannya kadang malah perasaan
dari hati lebih mendominasi dibanding logika.
Ketika rasa takut kehilangan
mengendalikan, kadang kamu gak akan bisa berpikir jernih. Kamu akan melakukan
apa saja entah itu mengubah diri sendiri atau berusaha mengubah si Dia. Membuat
segalanya menjadi rumit dan terkadang sulit untuk dipahami. Intinya biar dia
gak pergi, tetap ada di sini, disamping kamu dan nemenin kamu tiap kamu butuh.
Terlalu egois memang, dan hasilnya…….dia bisa aja gak nyaman dengan perlakuan
itu. Kadang si Dia akan merasa terlalu diatur dan kehilangan hak kebebasannya.
Ketika rasa takut kehilangan
mengendalikan, dan keegoisan dari kamu semakin mendominasi, maka bisa jadi si
Dia merasa semakin gak nyaman, dan
akhirnya benar-benar pergi. Di sinilah “rasa takut kehilangan” malah menjadi
kenyataan.
Tidak sedikit orang yang pada akhirnya
berpisah dengan orang yang dia sayang hanya karena rasa takut kehilangan.
Menyedihkan memang. Tapi ini kenyataan hidup.
Pada akhirnya kita perlu untuk
menyadari bahwa rasa takut kehilangan bukan ada karena kita miliki. Tapi timbul
dan tumbuh bersama-sama dengan harapan untuk memiliki. Bisa dibilang semua
diawali dengan yang disebut “terlalu ngarep”.
Seharusnya kita belajar bagaimana
membangun harapan-harapan dalam diri dan tau bagaimana mengendalikan
harapan-harapan itu. Jangan sampai harapan-harapan itu yang malah membuat kita terjebak.
Ngarep boleh tapi jangan berlebihan.