By: Rahmawati Sahing

Jumat, 07 Oktober 2011

KOMPONEN PEMBELAJARAN: PESERTA DIDIK

A.    MENGENAL PESERTA DIDIK
1.    Siapakah Peserta Didik itu?
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal pada jenjang pendidikan, dan jenis pendidikan tertentu.
Peserta didik merupakan komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, peserta didik dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain Pendekatan sosial, Pendekatan psikologis, dan Pendekatan edukatif/paedagogis.
1.      Pendekatan sosial, peserta didik adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas. Peserta didik perlu disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri di masyarakat. Kehidupan masyarakat itu dimulai dari lingkungan keluarga dan dilanjutkan di lingkungan masyarakat sekolah. Dalam konteks inilah peserta didik melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan masyarakat yang berhubungan dengan sekolah.  Dalam situasi inilah nilai-nilai sosial yang terbaik ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung.
2.      Pendekatan psikologis, peserta didik adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. Peserta didik memiliki berbagai potensi manusiawi seperti bakat, minat, kebutuhan, social-emosianal-personal, dan kemampuan jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan secara menyeluruh menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya perbahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efesiensi. Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi, social, emosional, dan spiritual. Yang berhubungan satu dengan yang lainnya.
3.      Pendekatan edukatif/paedagogis, Pendekatan pendidikan menempatkan peserta didik sebagai unsur yang penting, memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan yang menyeluruh dan terpadu.

2.    Pandangan tentang peserta didik
Setidak-tidaknya terdapat 3 jenis pandangan terhadap siswa diantaranya:
a.    Pandangan lama menyebutkan bahwa, peserta didik adalah orang sedang menuntut ilmu untuk menuju kedewasaan. Karena itu segala sesuatunya perlu dipersamakan seperti halnya orang dewasa. Peserta didik perlu diberi pakaian, makanan, dan tempat tinggal begitupun orang dewasa.
b.    Pandangan kedua mengatakan bahwa peserta didik selaku siswa. Peserta didik tidak bisa dan tidak mungkin dipersamakan dengan orang dewasa. Ia memiliki ciri-ciri sendiri. Perlakuan siswa berbeda dengan perlakuan orang dewasa. Setiap siswa berada pada tahap sedang berkembang, ia memiliki banyak potensi-potensi, olehnya itu perlu diadakan upaya pendidikan.
c.    Peserta didik dipersiapkan untuk hidup di dalam masyarakat. Maka ia harus dipersiapkan sesuai dengan masyarakat setempat. Pandangan ini dikenal dengan Child in his society.
3.    Tujuan mengenal peserta didik
Seorang guru mengenal peserta didiknya dengan maksud dan tujuan agar guru tersebut dapat membantu pertumbuhan dan perkembangannya secara efektif. Hal tersebut sangat penting sekali untuk memahami peserta didik secara saksama. Agar guru dapat menentukan dengan saksama bhan-bahan yang akan diberikan, penggunaan prosedur mengajar yang serasi, serta mampu mengadakan diagnosis terhadap kesulitan.
Kesulitan belajar yang dialami peserta didik merupakan tugas utama dari seorang guru begitu pula masalah mengenai pengaturan disiplin kelas, melayani perbedaan-perbedaan individual antar peserta didik memberikan bimbingan, menilai hasil belajar, dan kemajuan belajar peserta didik serta kegiatan-kegiatan guru lainnya yang berhubungan dengan aktivitas peserta didik.

4.    Hal-hal yang perlu dikenal dari peserta didik
Banyak aspek dari pribadi peserta didik yang perlu dikenal, namun dalam hal materi ini akan diklasifikasikan dalam beberapa aspek sbb.
a.      Latar belakang masyarakat
Budaya masyarakat dimana peserta didik tinggal, besar pengaruhnya terhadap perilakunya. Latar belakang budaya ini menyebabkan para peserta didik memiliki sikap yang berbeda-beda tentang agama, politik, masyarakat, dan cara bertingkah lakunya. Pengalaman peserta didik yang hidup dalam masyarakat kota sangat berbeda dengan pengalaman peserta didik yang tinggal di pedesaan. Demikian pula kesempatan untuk berekreasi, pembinaan kesehatan, fasilitas pendidikan yang ada di dalam masyarakat sangat berpengaruh terhadap pandangan peserta didik. Tiap masyarakat memberikan pengaruh yang berlainan terhadap peserta didik sehingga setiap peserta didik memiliki pribadinya sendiri pula.
b.      Latar belakang keluarga
Situasi di dalam keluarga besar pengaruhnya terhadap emosi, penyesuaian sosial, minat, sikap, tujuan, disiplin, dan perbuatan peserta didik di sekolah. Apabila di rumah peserta didik sering mengalami tekanan dan frustasi, maka ia juga akan mengalami perasaan asing di sekolah. Kalau di rumah ia ditolak maka di sekolah pun ia merasa tidak diterima dan. Guru perlu mengenal situasi dan kondisi dalam keluarga peserta didik agar dapat merencanakan kegiatan-kegiatan yang serasi, kendatipun pengaruh keluarga ini tidak mutlak menentukan berhasilnya seorang peserta didik.
c.       Tingkat intelegensi
Hasil intelegensi menjadi sumber yang menggambarkan tentang abilitas belajar peserta didik. Tingkatan intelegensi dimulai dari usia mental. Mental Age= MA dibagi usia kronologis (CA). IQ 100 menunjukkan kecerdasan rata-rata. Untuk usia 7 tahun maka IQnya adalah 140 tetapi kalau menunjukkan tingkat kecerdasan untuk usia 4 tahun  maka IQnya adalah 80. Intelegensi seseorang dipengaruhi oleh perasaan cemas, dorongan, dan rasa aman. Tingkatan intelegensi dapat digunakan untuk memperkirakan keberhasilan peserta didik.
d.      Hasil belajar
Guru perlu mengenal hasil belajar dan kemajuan belajar peserta didik yang telah diperoleh sebelumnya. Hal-hal yang perlu diketahui ialah antara lain penguasaan pelajaran, keterampilan-keterampilan belajar, dan bekerja. Dengan pengenalan tersebut guru dapat membantu/mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
e.       Kesehatan badan
Seorang guru perlu secara berkala mengetahui tentang keadaan kesehatan dan pertumbuhan siswa. Keadaan kesehatan dan pertumbuhan ini besar pengaruhnya terhadapa hasil pendidikan dan penyesuaian sosial mereka. Siswa yang kurang sehat badannya mungkin kurang energi untuk belajar. Pertumbuhan badan sangat berpengaruh pada kegiatan belajar, seperti siswa yang ototnya masih lemah, siswa yang puber dan siswa yang mengalami cacat badan. Guru dapat memikirkan dan mengusahakan pemberian bantuan kepada mereka seperti memperbaiki prosedur mengajar, mengatur tempat duduk, dsb.
f.       Kebutuhan-kebutuhan emosional
Di antara kebutuhan- kebutuhan emosional yang paling penting di kalangan peserta didik pada umumnya ialah ingin diterima, berteman, dan rasa aman. Kebutuhan ini perlu mendapat kepuasan atas kebutuhan-kebutuhan tersebut maka ia akan menimbulkan frustasi dan gangguan mental lainnya.
g.      Sifat-sifat kepribadian
Seorang guru perlu mengenal kepribadian peserta didik agar guru mudah mengadakan Pendekatan pribadi dengan mereka. Dengan demikian hubungan pribadi menjadi lebih dekat dan mendorong pengajaran lebih efektif.
h.      Bermacam-macam minat belajar
Guru perlu sekali mengenal minat-minat peserta didiknya. Hal ini sangat penting bagi guru untuk memilih bahan pelajaran, merencanakan pengalaman-pengalaman belajar, menuntun mereka ke arah pengetahuan dan memotivasi belajar mereka.

B.     PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Guru yang efektif perlu memahami pertumbuhan dan perkembangan siswa secara komperhensif. Pemahaman ini akan memudahkan guru untuk menilai kebutuhan murid dan merencanakan tujuan, bahan, prosedur, belajar mengajar dengan tepat. Untuk memahami pertumbuhan dan perkembangan murid, guru dapat bahan-bahan yang bersumber fisiologi, psikologi, dan mengintegrasikan semua pendapat-pendapat yang ada didalamnya.

1.    Konsep-konsep dasar tentang perkembangan siswa ialah:
Konsep-konsep dasar tentang perkembangan siswa ialah:
a.    Pertumbuhan  
Pertumbuhan ialah pertambahan secara kuantitatif dari subtansi atau struktur yang umumnya ditandai dengan perubahan-perubahan biologis pada diri seseorang yang menuju kearah kematangan. Pertumbuhan fisik berjalan dengan cara yang berbeda-beda, misalnya pada otak,tinggi badan dan berat badan
Pertumbuhan ini bersumber dari bakat dan pengaruh  lingkungan. Pada umumnya peranan bakat lebih menonjol jika dibandingkan dengan peranan pengaruh lingkungan.
b.   Kematangan dan maturasi
Kematangan adalah tingkat atau keaadaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan perorangan sebelum ia dapat melakukan sebagaimana mestinya  pada bermacam-macam tingkat pertumbuhan mental fisik mereka. Kedewasaan  ialah kemajuan pertumbuhan yang normal kearah kematangan proses maturasi diakibatkan  dari berbagai kapasitas  dan struktur, misalnya pertumbuhan otot.
c.    Perkembangan
Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya perubahan struktur kapasitas,fungsi, dan efesiensi. Perkembangan itu bersifat keseluruhan  misalnya pertumbuhan intelektual, emosional dan spiritual. Yang saling berhubungan satu sama lainnya.

d.    Perkembangan normal
Pengertian perkembangan ini dapat ditinjau dari beberapa segi diantaranya:
1)        Perkembangan normal dilihat dari segi pola perkembangan individu siswa. Perkembangan ini berbeda pada setiap invidu, seperti:salah satu siswa  yang lebih dulu pandai berbicara sedangakan siswa yang lain lebih cepat pandai berjalan.
2)        Perkembangan normal dilihat dari segi usia kronologis. Tingkat usia siswa dijadikan dasar untuk menentukan normal atau tidaknya perkembangan siswa. Perkembangan yang normal dilihat dari tingkat umur tertentu, siswa dapat melakukan sesuatu yang dianggap belum normal.

2.    Prinsip-prinsip pertumbuhan dan perkembangan
Di antara prinsip-prinsip pertumbuhan dan perkembangan yang penting ialah sbb.
a.       Belajar ialah mengalami.
b.      Belajar menunjukkan adanya perubahan kelakuan dan sikap.
c.       Kesiapan untuk sesuatu tugas belajar ditunjukkan oleh pertumbuhan siswa secara keseluruhan.
d.      Individu berbuat sebagai suatu keseluruhan.
e.       Para pelajar itu bermacam-macam baik dalam hal perkembangan dalam dirinya maupun dilihat dari norma-norma yang ada.
f.       Setiap siswa memiliki keunikan dalam pola perkembangannya.
g.      Proses pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara beruntun.
h.      Reaksi-reaksi mental dan fisik dapat dipengaruhi dan dikembangkan.
i.        Para siswa ada kesamaannya dalam banyak hal begitupun sebaliknya.

3.    Tentang kebutuhan-kebutuhan peserta didik
Dalam tahap-tahap perkembangan individu peserta didik, dan satu aspek yang paling menonjol ialah adanya bermacam ragam kebutuhan yang meminta kepuasan.
Beberapa ahli telah mengadakan analisis tentang jenis-jenis kebutuhan murid antara lain:
a.    Prescott, mengadakan klasifikasi kebutuhan sbb.
1)      Kebutuhan-kebutuhan fisiologis.
2)      Kebutuhan-kebutuhan sosial atau status.
b.    Maslow, menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan psikologis akan timbul setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpenuhi. Ia mengadakan klasifikasi kebutuhan dasar sbb.
1)      Kebutuhan-kebutuhan akan keselamatan.
2)      Kebutuhan-kebutuhan memiliki dan mencintai.
3)      Kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan.
4)      Kebutuhan-kebutuhan untuk menonjolkan diri.
Maslow yakin, bahwa dalam pemenuhan-pemenuhan kebutuhan harus berjalan secara sistematis.

4.    Kebutuhan peserta didik
Sekolah adalah suatu lembaga sosial yang berfungsi memenuhi, dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan peserta didik dalam kebutuhannya. Dipihak lain, murid-murid mengharapkan dapat memberikan kepuasan terhadap kebutuhan akan pendidikan bagi mereka. Romine telah mengadakan penelitian terhadap sejumlah buku catatan mengenai harapan peserta didik terhadap pendidikan sekolah, hasilnya dia menemukan 11 kelompok kebutuhan yakni:
1)      Belajar dan sukses di sekolah
2)      Pertumbuhan dan perkembangan kesehatan dan kemanusiaan
3)      Kemampuan sosial
4)      Hubungan antara laki-laki dan perempuan
5)      Penyesuaian jabatan
6)      Menemukan filsafat hidup
7)      Perkawinan dan kehidupan keluarga
8)       Persoalan keuangan
9)      Pengertian dan perdamaian dunia
10)  Waktu senggang
11)  Pengertian atas bangsa sendiri dan warga Negara yang aktif
Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan itu maka pengajaran disekolah disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Mata pelajaran dan prosedur mengajar sejalan dengan tuntunan kebutuhan itu.

C.    MANAJEMEN PESERTA DIDIK
1.       Apa yang Dimaksud dengan Manajemen Peserta Didik?
Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah.  Knezevich (1961) mengartikan manajemen peserta didik atau pupil personnel administration sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.
Secara sosiologis, peserta didik mempunyai kesamaan-kesamaan. Adanya kesamaan-kesamaan yang dipunyai anak inilah yang melahirkan kensekuensi kesamaan hak-hak yang mereka punyai. Kesamaan hak-hak yang dimiliki oleh anak itulah, yang kemudian melahirkan layanan pendidikan yang sama melalui sistem persekolahan (schooling). Dalam sistem demikian, layanan yang diberikan diaksentuasikan kepada kesamaan-kesamaan yang dipunyai oleh anak. Pendidikan melalui sistem schooling dalam realitasnya memang lebih bersifat massal ketimbang bersifat individual.
Layanan yang lebih diaksentuasikan kepada kesamaan anak  yang bersifat massal ini, kemudian digugat. Gugatan demikian, berkaitan erat dengan pandangan psikologis mengenai anak. Bahwa setiap individu pada hakekatnya adalah berbeda. Oleh karena berbeda, maka mereka membutuhkan layanan-layanan pendidikan yang berbeda.
Layanan atas kesamaan yang dilakukan oleh sistem schooling tersebut dipertanyakan, dan sebagai responsinya kemudian diselipkan layanan-layanan yang berbeda pada sistem schooling tersebut.
Adanya dua tuntutan pelayanan terhadap siswa, yakni aksentuasi pada layanan kesamaan dan perbedaan anak, melahirkan pemikiran pentingnya manajemen peserta didik  untuk mengatur bagaimana agar tuntutan dua macam layanan tersebut dapat dipenuhi di sekolah.
Baik layanan yang teraksentuasi pada kesamaan maupun pada perbedaan peserta didik, sama-sama diarahkan agar peserta didik berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

2.       Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik
Tujuan umum manajemen peserta didik adalah: mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses belajar mengajar di sekolah; lebih lanjut, proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Tujuan khusus manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:
1.      Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik.
2.      Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan minat peserta didik.
3.      Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.
4.      Dengan terpenuhinya 1, 2, dan 3 di atas diharapkan peserta didik dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-cita mereka.
Fungsi manajemen peserta didik secara umum adalah: sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosialnya, segi aspirasinya, segi kebutuhannya dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.
Fungsi manajemen peserta didik secara khusus dirumuskan sebagai berikut:
1.      Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik, ialah agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak terhambat. Potensi-potensi bawaan tersebut meliputi: kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan lainnya.
2.      Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik ialah agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya, dengan orang tua dan keluarganya, dengan lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan sosial masyarakatnya. Fungsi ini berkaitan dengan hakekat peserta didik sebagai makhluk sosial.
3.      Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik, ialah agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya. Hobi, kesenangan dan minat peserta didik demikian patut disalurkan, oleh karena ia juga dapat menunjang terhadap perkembangan diri peserta didik secara keseluruhan.
4.      Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik ialah agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya. Kesejahteraan demikian sangat penting karena dengan demikian ia akan juga turut memikirkan kesejahteraan sebayanya.

3.       Prinsip-Prinsip Manajemen Peserta Didik
Yang dimaksudkan dengan prinsip adalah sesuatu yang harus dipedomani dalam melaksanakan tugas. Jika sesuatu tersebut sudah tidak dipedomani lagi, maka akan tanggal sebagai suatu prinsip. Prinsip manajemen peserta didik mengandung arti bahwa dalam rangka memanaj peserta didik, prinsip-prinsip yang disebutkan di bawah ini haruslah selalu dipegang dan dipedomani. Adapun prinsip-prinsip manajemen peserta didik tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian dari keseluruhan manajemen sekolah. Oleh karena itu, ia harus mempunyai tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap tujuan manajemen secara keseluruhan. Ambisi sektoral manajemen peserta didikB tetap ditempatkan dalam kerangka manajemen sekolah. Ia tidak boleh ditempatkan di luar sistem manajemen sekolah.
2.      Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik para peserta didik. Segala bentuk kegiatan, baik itu ringan, berat, disukai atau tidak disukai oleh peserta didik, haruslah diarahkan untuk mendidik peserta didik dan bukan untuk yang lainnya.
3.      Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan untuk mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan punya banyak perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik, tidak diarahkan bagi munculnya konflik di antara mereka melainkan justru mempersatukan dan saling memahami dan menghargai.
4.      Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik. Oleh karena membimbing, haruslah terdapat ketersediaan dari pihak yang dibimbing. Ialah peserta didik sendiri. Tidak mungkin pembimbingan demikian akan terlaksana dengan baik manakala terdapat keengganan dari peserta didik sendiri.
5.      Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan memacu kemandirian peserta didik. Prinsip kemandirian demikian akan bermanfaat bagi peserta didik tidak hanya ketika di sekolah, melainkan juga ketika sudah terjun ke masyarakat. Ini mengandung arti bahwa ketergantungan peserta didik haruslah sedikit demi sedikit dihilangkan melalui kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik.
6.      Apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu diupayakan oleh kegiatan manajemen peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik baik di sekolah lebih-lebih di masa depan.

4.       Pendekatan Manajemen Peserta Didik
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam manajemen peserta didik (Yeager, 1994). Pertama, pendekatan kuantitatif (the quantitative approach). Pendekatan ini lebih menitik beratkan pada segi-segi administratif dan birokratik lembaga pendidikan. Dalam pendekatan demikian, peserta didik diharapkan banyak memenuhi tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan lembaga pendidikan di tempat peserta didik tersebut berada. Asumsi pendekatan ini adalah, bahwa peserta didik akan dapat matang dan mencapai keinginannya, manakala dapat memenuhi aturan-aturan, tugas-tugas, dan harapan-harapan yang diminta oleh lembaga pendidikannya.
Wujud pendekatan ini dalam manajemen peserta didik secara operasional adalah: mengharuskan kehadiran secara mutlak bagi peserta didik di sekolah, memperketat presensi, penuntutan disiplin yang tinggi, menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Pendekatan demikian, memang teraksentuasi pada upaya agar peserta didik menjadi mampu.
Kedua, pendekatan kualitatif (the qualitative approach). Pendekatan ini lebih memberikan perhatian kepada kesejahteraan peserta didik. Jika pendekatan kuantitatif di atas diarahkan agar peserta didik mampu, maka pendekatan kualitatif ini lebih diarahkan agar peserta didik senang. Asumsi dari pendekatan ini adalah, jika peserta didik senang dan sejahtera, maka mereka dapat belajar dengan baik serta senang juga untuk mengembangkan diri mereka sendiri di lembaga pendidikan seperti sekolah. Pendekatan ini juga menekankan perlunya penyediaan iklim yang kondusif dan menyenangkan bagi pengembangan diri secara optimal.
Di antara kedua pendekatan tersebut, tentu dapat diambil jalan tengahnya, atau sebutlah dengan pendekatan padu. Dalam pendekatan padu demikian, peserta didik diminta untuk memenuhi tuntutan-tuntutan birokratik dan administratif sekolah di satu pihak, tetapi di sisi lain sekolah juga menawarkan insentif-insentif lain yang dapat memenuhi kebutuhan dan kesejahteraannya. Di satu pihak siswa diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas berat yang berasal dari lembaganya, tetapi di sisi lain juga disediakan iklim yang kondusif untuk menyelesaikan tugasnya. Atau, jika dikemukakan dengan kalimat terbalik, penyediaan kesejahteraan, iklim yang kondusif, pemberian layanan-layanan yang handal adalah dalam rangka mendisiplinkan peserta didik, penyelesaian tugas-tugas peserta didik.

Selasa, 04 Oktober 2011

SUPERVISI PENDIDIKAN


A.    Pengantar
Kualitas proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh kinerja guru. Usaha peningkatan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar perlu mendapatkan perhatian dari penanggung jawab sistem pendidikan. Hal ini erat kaitannya dengan kemauan guru itu sendiri di samping itu guru juga masih memerlukan bantuan dari orang lain karena ia belum mengetahui jenis, prosedur, dan mekanisme memperoleh berbagai sumber yang sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan mereka.

B.     Pengertian Supervisi
Beberapa istilah yang dijumpai dalam praktek yang isi kegiatannya mirip dengan supervisi. Istilah-istilah itu antara lain inspeksi, penilikan, pengawasan, monitoring, dan penilaian hasil evaluasi.

1.      Inspeksi
Menurut Purwanto (1990), pengertian mengawasi apakah bawahannya atau guru dalam menjalankan  apa yang diinstruksikan oleh atasannya dan bukannya berusaha membantu guru itu. Seringkali kedatangan inspektur ke sekolah lebih banyak dirasakan oleh guru sekedar untuk mencari kesalahan. Oleh karena itu inspektur pendidikan dalam melaksanakan pengawasan di sekolah dimulai dari kebersihan sekolah, ketatausahaan, kemuridan, keuangan, dan proses belajar mengajar.

2.      Penilikan dan Pengawasan
Penilikan dan pengawasan memiliki pengertian suatu kegiatan yang bukan hanya mencari kesalahan objek pengawasan itu semata-mata tetapi juga mencari hal-hal untuk dikembangkan lebih lanjut. Pengawas bertugas melakukan pengawasan dengan memperhatikan semua sistem sekolah dan peristiwa yang terjadi di sekolah. Hal-hal yang buruk-buruk disampaikan kepada guru dan kepala sekolah untuk diperbaiki kemudian hal-hal yang baik dipertahankan.
Di dalam peraturan pemerintah no. 38 tahun 1992 pasal 20 dibedakan istilah pengawas (yang dipakai untuk menunjukkan tugasnya dalam jalur pendidikan sekolah), dan penilik (yang dipakai untuk menunjukkan tugasnya pada jalur pendidikan luar sekolah).

3.      Monitoring
Monitoring merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi atau memantau proses perkembangan pelaksanaan sekolah.
Fokus monitoring adalah untuk mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan program sekolah bukan pada hasilnya. Fokus monitoring adalah pada komponen proses pelaksanaan program, baik menyangkut proses pengambilan keputusan, pengelolaan kelembagaan pengelolaan program  maupun pengelolaan proses belajar mengajar di sekolah.

4.      Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi untuk mengatahui tingkat keberhasilan pelaksanaan program sekolah dengan kriteria tertentu untuk pembuatan keputusan.
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah program sekolah mencapai sasaran yang diharapkan.evaluasi menekankan pada aspek hasil.evaluasi baru bisa dilaksanakan apabila program sekolah sudah berjalan sesuai dengan tahapan sasaran yang dirancang.

5.      Supervisi
Dalam Dictionary of Education, merumuskan ”supervision all efforts designated school officials directed toward providing leadership to teachers in the improvement of instruction.” Dalam rumusan ini terkandung makna bahwa supervisi merupakan usaha yang dilakukan oleh para Pembina pendidikan dengan maksud menumbuhkan kepemimpinan guru sebagai usaha perbaikan pengajaran. Menurut Acheson dan Gall (1980) merumuskan bahwa supervisi merupakan bantuan kepada guru untuk memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dan tingkah laku mengajar yang ideal. Sedangkan Alfonso dkk, mengemukakan supervisi merupakan perbuatan yang secara langsung mempengaruhi perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya sebagi proses pelaksana belajar-mengajar dan melalui pengaruhnya tersebut bertujuan untuk mempertinggi kualitas belajar murid demi pencapaian tujuan organisasi (sekolah). Sedangkan menurut Harris: a) supervisi berhubungan erat dengan kegiatan pengajaran dan tidak berhubungan langsung dengan murid. b) supervisi merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah untuk mencapai hasil yang lebih baik. c) supervise pengajaran bertujuan mengadakan pemeliharaan dan perbaikan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dengan cara mempengaruhi tenaga pengajarnya.
Sutisna (1987) mengemukakan rumusan yang senada dengan batasan-batasan yang dikemukakan di atas, yaitu: supervise ialah suatu bentuk pelayanan, bantuan professional, atau bimbingan bagi guru-guru dan dengan melalui pertumbuhan kemampuan guru hendaknya meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran.  
Berdasarkan batasan-batasan yang dikemukakan oleh para pakar supervise, dapat disimpulkan bahwa supervise pengajaran merupakan usaha atau kegiatan pemberian pembinaan dan bimbingan professional kepada guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajarnya.

C.    Fungsi dan Tujuan Supervisi
Fungsi supervisi pengajaran yang utama adalah perbaikan pengajaran. Pidarta (1986) mengelompokkan supervise sbb.
1.      Fungsi utama, ialah membantu sekolah yang sekaligus mewakili pemerintah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan, yaitu membantu perkembangan individu para siswa.
2.      Fungsi tambahan, ialah membantu sekolah dalam membina guru-guru agar dapat bekerja dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat serta mempelopori kemajuan masyarakat.
Willes dan Lovell (1975) mengemukakan 7 macam kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai fungsi supervisi pengajaran, yaitu:
1.      Goal development (mengembangkan tujuan).
2.      Program development (mengembangkan program).
3.      Control and coordination (koordinasi dan kontrol).
4.      Motivation (motivasi).
5.      Problem solving (pemecahan masalah).
6.      Professional development (mengembangkan kemampuan profesional).
7.      Evaluation of educational outcome (mengevaluasi keluaran pendidikan).
Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Swearingen (Sahertian dan Mahameru), sbb:
1.      Mengkoordinir semua usaha sekolah.
2.      Memperlengkapi kepemimpinan sekolah.
3.      Memperluas pengalaman guru-guru.
4.      Menstimulir usaha-usaha yang kreatif.
5.      Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus menerus.
6.      Mengalisis situasi belajar mengajar.
7.      Memberikan pengetahuan dan skill kepada setiap anggota staf.
8.      Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.
Sedangkan menurut Sutisna (1987), yaitu:
a.       Supervisi sebagai penggerak perubahan.
b.      Supervisi sebagai program pelayanan untuk memajukan pengajaran.
c.       Supervisi sebagai keterampilan dalam hubungan manusia.
d.      Supervisi sebagai kepemimpinan kooperatif.

D.    Peranana pengawas dan kepala sekolah dalam supervise
Pihak yang paling berkompeten dalam pembinaan dan peningkatan kemampuan professional guru adalah pengawas dan kepala sekolah yang berfungsi sebagai supervaisor pengajaran. Namun disadari bahwa pengawas dan kepala sekolah tidak dapat memusatkan perhatian sepenuhnya kepada kegiatan tersebut mengigat mereka mempunyai peranan ganda yaitu peranan eksekutif dan peranan kepemimpinan.
Peranan eksekutif perhatiannya ditujukan pada pengguanan struktur dan prosedur-prosedur yang sesuai dengan ketentuan peraturan yang sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku untuk mencapai  tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan peranan kepemimpinan perhatiaanya ditujukan kepada perubahan yang mungkin dapat dilakukan baik terhadap struktur untuk dicapai tujuan  seoptimal mungkin
Fungsi dan tugas pengawas tertuang dalam keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan republic Indonesia  nomor: 0304/G/1984 sebagai berikut:
1.      Menyusun rencana kegiatan tahunan
2.      Mengendalikan termasuk membimbing pelaksanaan  kurikulum yang meliputi  isi, metode penyajian dan  penggunaan alat bantu  pengajaran agar berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3.      Mengendalikan termasuk tenaga teknis
4.       Mengendalikan termasuk membimbing tatausaha yang meliputi urusan kepegawaian keuangan dan perkantoran
5.      Mengendalikan termasuk membimbing pengadaan,pengguanaan, pemeliharaan sarana dan wajib belajar.
6.      Menilai hasil pelaksanaan kurikulum berdasarkan ketetapan waktu
7.      Mengendalikan termasuk membimbing hubungan kerjasama dengan instansi pemerintah  dan masyarakat
8.      Menilai pemanfaatan sarana dan wajib belajar
9.      Menilai efesiensi  dan efektivitas tatausaha
10.  Menilai hubungan dengan instansi pemerintah  dan masyarakat  dan badan pembantu  penyelenggaraan pendidikan.
11.  Penyampaian laporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada kepala kantor departemen pendidikan dan kebudayaan baik tingkat kecamatan dan dilanjutkan ditingkat depdiknas
Tugas kepala sekolah  mencakup tugas administrative dan tugas sebagai supervisor pengajaran. Ada lima peranan yang langsung berkaitan dengan pekerjaan guru-guru.
1.        Mengikuti perkembangan masalah-masalah dan gagasan-gagasan pendidikan dan pengajaran mutakhir nbaik yang berkait dengan teori umum maupun yang berkaitan dengan praktik.
2.        Mengusahakan sumber-sumber professional baik sumber manusia (nara sumber) maupun sumber material (buku-buku dan alat pengajaran) yang mudah diperoleh guru.
3.        Mengadakan latihan dan pengembangan untuk membantu guru dalam menguasai keterampilan-keterampuilan baru yang berkaitan dengan pelaksanaan pengajaran.
4.        mengadakan observasi dan evaluasi terhadap proses belajar mengajar dalam uapaya perbaikan pengajaran.
5.        memotivasi mendorong guru-guru untuk mempraktikkan ide-ide baru yang dianggap baik bagi perbaikan proses belajar mengajar.
Dalam kaitannya dengan perbaikan situasi
Menurut Harris  tugas seorang supervisor adalah membantu guru dalam hal:
1.      pengembangan kurikulum supervisor membantu  dan penyesuaian dan pernacangan pengalaman belajar dengan keadaan linkungan dan siswa.
2.      Pengorganisasian  han pengajaran, tugas supervisor membantu pelaksanaan pengajaran agar siswa,guru tempat dan bahan pengajaran sesuai dengan waktu yang tersedia
3.      Pemenuhan fasilitas sesuai dengan rancangan pembelajaran
4.      Perancangan dan perolehan bahan pengajaran sesuai dengan rancangan kurikulum
5.      Pelakasanaan orientasi tentang suatu tugas dan orientasi baru tentang suatu tugas atau cara baru dalam proses belajar mengajar.
Lingkup supervisinya pendidikan hanya tertuju pada pengajaran semata sehingga  wewenang superviser tertentu harus sesuai dengan tugas yang dilaksanakan maka yang dimaksudkan dengan wewenangnya adalah untuk melakukan koneksi, memperbaiki, dan membina proses belajar mengajar bersama guru sehingga proses belajar mengajar tercapai secara maksimal.
E.     Teknik-Teknik Supervisi
Sebagai supervise pengajaran secara efektif  harus memahami teknik-teknik yang dapat digunakan dalam pelaksanaan supervisi pengajaran merupakan pengajaran. Teknik supervise pengajaran merupakan strategi yang dapat digunakan pengawas dan kepala sekolah dalam memberikan pelayanan dan pembinaan professional kepada guru.
Harapan menggolongkan teknik supervise yaitu, teknik individual dan kelompok;teknik lisan dan tulisan; dan teknik langsung dan tidak langsung. Penggunaan teknik-teknik diatas disesuaikan dengan masalah yang dihadapi guru dan tujuan yang akan dicapai.
Penjelasan singkat beberapa teknik supervise pengajaran tersebut sebagai berikut.
1.      Kunjungan kelas
Kunjungan kelas merupakan teknik supervise pengajaran yang sangat efektif untuk mendapatkan data dan informasi tentang masalah atau kesulitan-kesulitan yang dialami dan dihadapi guru dalam proses pelaksaan belajar mengajar.
Hasil kunjungan kelas atau observasi kelas tersebut pengawas atau kepala sekolah bersama guru dapat merancanakan dan menyusun program pelayanan supervise pengajaran atau program pelayanan professional kepada guru-guru. Agar kunjungan kelas dapat dilakukan secara efektif mencapai tujuan, pengawas atau kepala sekolah harus memiliki sasaran yang jelas. Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan cara: kunjungna dengan pemberitahuan, kunjungan tanpa pemberitahuan, dan kunjungan atas undangan sehingga diantara ketiga kunjungan diatas memiliki kelebihan dan kekurangan.
2.      Pembicaraan individual
Teknik pembicaraan individual biasanya merupakan rangkaian atau kelanjutan dari kunjungan kelas atau onservasi kelas yang telah dilakukan baik oleh pengawas, maupun oleh kepala sekolah. Pembicaraan individual dapat dilakukan atas permintaan guru yang memerlukan bantuan dan bimbingan dari pengawas atau kepala sekolah sebagai supervisior.
3.      Diskusi kelompok
Diskusi merupakan pertukaran pendapat atau pandangan tentang masalah untuk dipecahkan bersama. Diskusi kelompok dimaksudkan untuk kegiatan dimana sekelompok orang berkumpul dalam situasi bertatap muka atau berusaha untuk mencapai suatu keputusan untuk mencapai suatu keputusan tentang masalah bersama.
4.      Demonstrasi mengajar
Demonstrasi mengajar merupakan penampilan mengajar yang diperuntukkan bagi sekelompok guru dengan meksud berusaha memperlihatkan bagaimana belajar yang baik. demonstrasi mengajar dapat dilakukan oleh pengawas, kepalasekolah, guru, atau seseorang yang dianggap mampu melakukannya dengan baik
5.      Kunjungan kelas antara guru
Teknik ini merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan professional guru dalam pelaksanaan pengajaran yaitu dengan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengamati penampilan mengajar sejawatnya.
6.      Perpustakaan professional
Perpustakaan professional sekolah merupakan sumber ilmu pengetahuan dan keterampilan mengajar yang sangat [enting dalam upaya pertumbuhan professional guru. Penggunaan teknik ini didasarkan dan disesuaikan dengan masalah yang muncul dan tujuan yang dicapai.
F.      Supervise klinis
1.      Pengertian supervise klinis
Pembentukan dan pengembangan kemampuan mengajar merupakan suatu proses yang berlanjut mulai di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai pendidikan prajabatan, dilanjutkan dengan pembinaan dan pengembangan dilapangan sebagai pendidikan dalam jabatan, bahkan mungkin pula dilakukan dengan pendidikan lanjutan.
Supervise klinis pada dasarnya merupakan suatu bentuk bantuan, bimbingan, dan pembinaan professional yang diberikan secara sistematis kepada guru berdasarkan kebutuhannya.
Supervise klinis adalah suatu Pendekatan yang bertujuan untuk membimbing professional guru yang berdasarkan kebutukannya melalui siklus yang sistematik dalam perencanaan, observasi yang cermat atas pelaksanaan, dan pengkajian balikan dengan segera dan objektif tentang penampilan mengajarnya  yang nyata, untuk meningkatkan kemampuan professional guru. 
2.      Cirri-ciri supervise klinis
supervisi klinis ditandai dengan beberapa cirri sebagai berikut
a.       Bimbingan yang diberikan kepada guru bersifat bantuan bukan perintah atau konstruksi, sehingga prakarsa dan tanggung jawab mengembangkan diri tetap ditangan guru sendiri.
b.      Meskipun dipergunakan berbagai keterampilan mengajar secara terintegrasi, tetapi sasaran supervisi tetap di batasi hanya pada satu atau dua keterampilan saja.
c.       Saran supervisi diajukan oleh guru, atau dikaji bersama untuk dijadikan kesepakatan (kontrak).
d.      instrument observasi dikaji dan ditetapkan dalam pertemuan antara supervisor dengan guru, dan pengembangannya didasarkan atas sasaran latihan.
e.       Balikan yang objektif dan spesifik diberikan dengan segara.
f.       Analisis dan interpretasi data hasil observasi dilakukan bersama, dimana supervisor lebih banyak bertanya dari pada mengarahkan.
g.      Supervisi berlangsung dalam suatu tatap muka yang terbuka dan intim.
h.      Supervisi berlangsung dalam suatu siklus: pertemuan awal (perencanaan), observasi, dan pertemuan akhir. Kesimpulan atau tindak lanjut dari latihan sebelumnya akan menjadi masukan untuk perencanaan latihan berikutnta

3.      Prosedur supervisi klinis

Siklus supervisi klinis dibagi dalam tiga tahap sebagai proses yang berkelanjutan, dijelaskan sebagai berikut:
a.       Tahap pertemuan awal
Pertemuan awal diadakan sebelum observasi dan merupakan pertemuan yang akrab dan tebuka. Guru tanpa ada perasaan takut akan dimarahi dan dinilai, mengemukakan rencana bimbingan atau bantuan yang diharapkan dari supervisornya (pengawas atau kepala sekolah) serta cara dan alat untuk mengobservasi penampilannya. Pada pertemuan ini diharapkan berakhir dengan lahirnya kesepakatan antara guru dengan supervisor.
b.      Tahap observasi
Dalam tahap ini guru mengajar dengan menerapkan komponen-komponen keterampilan yang telah disepakati pada pertemuan awal. Sementara itu supervisor mengadakan observasi dengan menggunakan alat perekam yang juga telah disepakati bersama. Aspek-aspek yang diobservasi adalah hal-hal yang telaha disepakati (kontrak) pada pertemuan awal. Dalam hal-hal tertentu, seperti mencatat data yang langsung dapat direkam, supervisor dapat meminta bantuan guru lain sebagai pengamat.
c.       Tahap pertemuan akhir
Pertemuan akhir ini merupakan diskusi balikan antara supervisor dan guru. Suasana pertemuan sama dengan pertemuan awal, yaitu suasana akrab terbuka, bebas dari suasana menilai ataupun mengadili. Supervisor menyajikan data sedemikian rupa, sehingga guru dapat menentukan kekurangan dan kelebihannya sendiri. Disinilah dituntut kesabaran seorang supervisor hingga ia tidak terjerumus untuk menilai, mengadili, ataupun mendikte guru.
Titik tolak pertemuan ini (pertemuan akhir) adalah kontrak yang telah disepakati pada pertemuan awal, dan pada akhir pertemuan guru diharapkan menyadari seberapa jauh kontrak yang telah dibuatnyaitu dapat dicapai. Berdasarkan hasil diskusi ini, kontrak berikutnya dapat dibuat.